Selasa, 18 Agustus 2015

ANEMIA PADA IBU HAMIL



1.    Definisi Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (HB) dan atau hitung etitrosit lebih rendah dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia adalah Bila Hb Wanita (tidak hamil) 12 gr%, sedangkan wanita hamil 11 gr%. Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah menggandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan stress pada organ tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang normal dan mencegah anemia memerlukan kerjasama antara ginjal, sumsum tulang, dan nutrisi dalam tubuh (Maimunah 2005)
a)      Anemia Ringan
Anemia Ringan adalah ibu hamil yang memiliki kadar hemoglobin antara 9-10 gr% sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
b)     Anemia Berat
Anemia berat yang kronis dikatakan bila konsentrasi Hb ≤ 7g% selama 3 bulan berturut-turut atau responden mengalami anemia berat 3 bulan berturut-turut. Anemia berat dapat bersifat akut dan kronis. Anemia kronis dapat di sebabkan oleh anemia defisiensi besi (ADB), sickle cell anemia (SCA), talasemia, anemia aplastik, dan leukemia. Anemia berat kronis juga dapat dijumpai pada infeksi kronis seperti (TBC) atau infeksi parasit yang lama, seperti malaria, cacingan dan lainnya.

2.    Epidemiologi
Anemia merupakan permasalahan kesehatan yang mendunia dan memiliki prevalensi yang tinggi di berbagai negara di seluruh dunia. Berdasarkan data WHO dalam Worldwide Prevalence of Anemia (2008) diketahui bahwa total keseluruhan penduduk dunia yang menderita anemia adalah 1,62 miliar orang dengan prevalensi 48,8% dan prevalensi anemia pada Asia Tenggara sendiri adalah 14,9%. Prevalensi berdasarkan umur tertinggi terdapat pada balita (47,4%) dan ibu hamil (41,8%), sedangkan pada anak sekolah juga termasuk tinggi yaitu 25,4% dan prevalensi ini menyatakan bahwa 305 juta anak sekolah di seluruh dunia menderita anemia.

3.    Etiologi
WHO (2008) menyebutkan bahwa faktor utama Anemia adalah karena tiga faktor :
a.    Rendahnya konsumsi zat besi .
b.    Rendahnya penyerapan zat besi.
c.    Periode dimana kebutuhan tubuh akan zat besi tinggi yaitu pada masa pertumbuhan dan kehamilan.
Raspati, dkk (2010) menyebutkan bahwa kekurangan besi dapat disebabkan oleh :
1)    Malabsorbsi zat besi
      Keadaan ini sering dijumpai pada anak kurang gizi yang mukosa ususnya mengalami perubahan secara histologis dan fungsional. Orang yang telah mengalami gastrektomi parsial atau total sering disertai anemia defisiensi zat besi walaupun penderita mendapat makanan yang cukup zat besi. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah asam lambung dan makanan lebih cepat melalui bagian atas usus halus, tempat utama penyerapan zat besi heme dan non heme.
2)    Pendarahan
      Kehilangan darah akibat perdarahan merupakan penyebab penting terjadinya anemia defisiensi zat besi. Kehilangan darah akan mempengaruhi keseimbangan status zat besi. Kehilangan darah 1 ml akan mengakibatkan kehilangan zat besi 0,5 mg, sehingga kehilangan darah 3-4 ml/hari (1,5-2 mg zat besi) dapat mengakibatkan keseimbangan negatif zat besi. Perdarahan dapat berupa perdarahan saluran cerna, milk induced enteropathy, ulkus peptikum, karena obat-obatan (asam asetil salisilat,kortikostreroid, inometasin, obat anti inflamasi non steroid) dan infestasi cacing (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) yang menyerang usus halus bagian proksimal dan menghisap darah dari pembuluh darah submukosa usus.

4.    Klasifikasi Anemia
Berdasarkan klasifikasi WHO tahun 2011 kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di kategori sebagai berikut :
a. Anemia Ringan             : 9-10 gr%
b. Anemia Berat                : < 7 gr%
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Atikah Proverawati (2011), adalah sebagai berikut:
a.    Anemia Hemolitik.
Anemia Hemolitik adalah suatu kondisi dimana tidak ada cukup sel darah merah dalam darah,karena kerusakan dini sel-sel darah merah. Anemia ini jarang terjadi karena masalah yang menyebabkan sel-sel darah merah untuk mati atau dihancurkan sebelum waktunya.
b.    Anemia Aplastik Idiopatik.
Anemia ini adalah suatu kondisi di mana sumsum tulang gagal membuat sel-sel darah secara normal. Sumsum tulang adalah jaringan lembut, mengandung lemak di pusat tulang.



c.    Anemia Hipoplastik.
Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat, keracunan dan radiasi. Mekanisme terjadinya anemia jenis ini adalah karena kerusakan sel induk dan kerusakan mekanisme imunologis. Anemia jenis ini biasanya ditandai dengan gejala perdarahan seperti petikie dan ekimosis (perdarahan kulit), perdarahan mukosa dapat berupa epistaksis, perdarahan sub konjungtiv, perdarahan gusi, hematemesis melena dan pada wanita dapat berupa menorhagia.

5.    Diagnosa Anemia.
a.    Anamnesa.
Anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, keluhan mual, muntah, lebih berat pada hamil muda. Bila terdapat keluhan lemah, nampak pucat, mudah pingsan sementara tensi dalam batas notmal, maka perlu dicurigai anemia defisiensi besi (Asyirah, 2012).
b.    Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik didapatkan ibu tampak lemah, kulit pucat, mudah pingsan, sedangkan tensi masih dalam batas normal, pucat pada membrane mukosa dan konjuntiva karena kurangnya sel darah merah pada pembuluh kapiler dan pucat pada kuku dan jari (Asyirah, 2012).

c.    Pemeriksaan darah.
Pemeriksaan darah di lakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester III. Melihat hasil anamneses dan pemeriksaan fisik maka diagnose dapat dipastikan dengan pemeriksaan kadar Hemaglobin.

6.    Tanda dan Gejala Anemia
Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volum darah, berkurangnya hemoglobin dan vasokontriksi untuk memanksimalkan penguriman oksigen ke organ - organ vital.
Tanda dan gejala ibu hamil menurut (sohimah, 2006) adalah :
a.    Lemah, letih, lesu, mudah letih dan lalai.
b.    Wajah tampak pucat, sering pusing.
c.    Mata berkunang - kunang.
d.    Nafsu makan berkurang
e.    Sulit konsentrasi dan mudah lupa.
f.     Sering sakit.
g.    Nafas pendek (pada anemia berat).
h.    Keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.

7.    Pengaruh Anemia
a.    Gangguan selama kehamilan dapat berupa :
1)    Mengurangi rasa yang menyenangkan dalam masa kehamilan karena kelelahan.
2)    Mengurangi daya tahan ibu sehingga memungkinkan terjadinya infeksi.
3)    Meningkatkan resiko terjadinya persalinan premature karena kurangnya suplay darah ke uterus.
4)    Perdarahan ante partum
5)    Abortus
6)    Hambatan tumbuh kembang janin
b.    Gangguan yang dapat terjadi selama persalinan
1)    Patrus lama akibat terjadi kontraksi uterus yang tidak kuat oleh karena hipoksia jaringan.
2)    Kurangnya kemampuan dan kekuatan ibu untuk menghadapi persalinan sehingga menyebabkan meternal distress, selanjutnya dapat terjadi syok.
3)    Dapat mengakibatkan otonia uteri dalam semua kala persalinan dan terjadi perdarahan post partum.
4)    Mudah terjadi infeksi selama persalinan.
5)    Retensio plasenta
c.    Pengaruh Anemia terhadap janin.
1)    Abortus
2)    Terjadinya kemati intrauterine
3)    Bayi berat lahir rendah
4)    Kelahiran dengan anemia
5)    Dapat terjadi cacat bawaan


8.    Pencegahan Anemia
a.    Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama di dalam pencegahan primer. Hal ini pencegahan primer ditujukan kepada ibu hamil yang belum anemia. Tujuan pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko. Pencegahan primer meliputi:
1.    Edukasi (Penyuluhan)
Petugas kesehatan dapat berperan sebagai edukator seperti memberikan nutrition education berupa dorongan agar ibu hamil mengkonsumsi bahan makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet zat besi atau tablet tambah darah minimal selama 90 hari. Edukasi tidak hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil. Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan, selain itu, petugas kesehatan juga dapat berperan sebagai konselor atau sebagai sumber konsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia pada kehamilan. Suplementasi Fe adalah salah satu strategi untuk meningkatkan intake Fe yang berhasil hanya jika individu mematuhi aturan konsumsinya.
2.    Suplementasi Fe (Tablet Besi)
Anemia defisiensi zat besi dicegah dengan memelihara keseimbangan antara asupan Fe dan kehilangan Fe. Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk memelihara keseimbangan ini bervariasi antara satu wanita dengan yang lainnya tergantung pada riwayat reproduksi. Jika kebutuhan Fe tidak cukup terpenuhi dari diet makanan, dapat ditambah dengan suplemen Fe terutama bagi wanita hamil dan masa nifas. Suplemen zat besi dosis rendah (30mg/hari) sudah mulai diberikan sejak kunjungan pertama ibu hamil.
3.    Fortifikasi Makanan dengan Zat Besi
Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai Negara. Fortifikasi makanan merupakan cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi. Produk makanan fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung serta beberapa produk susu.
b.    Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi untuk menemukan status patogenik setiap individu di dalam populasi. Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit menuju suatu perkembangan kearah kerusakan atau ketidakmampuan.
c.    Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan. Hal ini pencegahan tersier ditujukan kepada ibu hamil yang mengalami anemia yang cukup parah dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup. Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu :
1.    Memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin .
2.    Mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah persalinan.

9.    Pengobatan
Perawatan diarahkan untuk mengatasi anemia. Tranfusi darah biasanya dilakukan untuk setiap anemia jika gejala yang dialami cukup parah (misalnya, sakit kepala ringan, kelemahan, kelelahan, atau terjadi gejala atau tanda-tanda gangguan kardiopulmonal (misalnya, dyspnea, takikardi, techpnea), maka keputusan tidak di dasarkan pada kadar HB tersebut.

10.  Penatalaksanaan
Ada sejumlah kasus anemia dapat memperburuk kehamiln, apabila hasil pengkajian riwayat atau uji laboratorium menunjukkan kelainan maka perlu mengevaluasi wanita tersebut untuk menentukan etiologi anemian dan kemudian menyusun rencana penatalaksanaan (Varney, 2006). Perlu segera dilakukan terapi anemia dengan tujuan untuk mengoreksi kurangnya massa hemoglobin dan mengembalikan simpanan zat besi. Pada saat hamil kebutuhan tubuh ibu terhadap zat besi meningkat untuk memenuhi kebutuhan fital, plasenta dan pertambahan massa eritrosit. Bila cadangan zat besi ibu tidak mencukupi pada waktu belum dan sesudah kehamilan serta asupan gizi yang tidak adikuat selama kehamilan maka mengakibatkan ibu mengalami anemia defesiensi zat besi. Perlu segera dilakukan terapi anemia dengan tujuan untuk mengoreksi kurangnya massa hemoglobin dan mengembalikan simpanan zat besi.

A.   Anemia Dalam Kehamilan
1.    Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah masa di mulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid trahir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi 3 bulan, triwulan kedua dari bulam keempat sampai 6 bulan,triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Sarwono, 2006 ).
2.    Anemia Kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II. Anemia dalam kehamilan paling sering dijumpai adalah anemia akibat kekurangan zat besi (Fe). Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang intake unsur zat besi ke dalam tubuh melalui makanan, karena gangguan absorbsi, gangguan penggunaan atau terlalu banyak zat besi yang keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan zat besi akan bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester II hal ini disebabkan meningkatnya kebutuhan janin yang dikandung oleh ibu. Anemia defisiensi besi pada kehamilan sekitar 95% kasus anemia selama kehamilan adalah karena kekurangan zat besi. Penyebabnya biasanya asupan makanan tidak memadai (terutama pada anak remaja), kehamilan sebelumnya, atau kehilangan normal secara berulang zat besi dalam darah haid yang mendekati jumlah tertentu, biasanya berlangsung setiap bulan. ( Proverawati, 2011).

3.    Jenis-jenis Anemia pada Kehamilan
a)    Anemia defisiensi zat besi.
Anemia defisiensi zat besi adalah penurunan jumlah sel darah merah dalam darah yang disebabkan oleh zat besi yang terlalu sedikit. Zat Besi merupakan komponen utama dari hemoglobin dan penting untuk fungsi yang tepat. Kehilangan darah kronis karena alasan apapun adalah penyeba utama kadar zat besi yang rendah dalam tubuh karena menghabiskan simpanan zat besi tubuh untuk mengkompensasi hilangnya zat besi yang berlangsung. Defisiensi zat besi menyebabkan penurunan jumlah hemoglobin, rendahnya kadar hemoglobin pada gilirannya menyebabkan penurunan produksi sel darah merah normal.
b)    Defisiensi Asam Folat
Defiensi asam folat biasanya dihubungkan dengan anemia megaloblastik. Anemia megaloblastik adalah suatu keadaan yang ditandai oleh adanya perubahan abnormal dalam pembentukan sel darah, sebagai akibat adanya ketidaksesuaian antara pematangan inti dan sitoplasma pada seluruh sel seri myeloid dan eritorid. Anemia megaloblastik merupakan manifestasi yang paling khas untuk defisiensi folat.
Selama hamil hamper selalu di sebabkan defisiensi asam folat, dijumpai pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran hijau , polong-polongan, dan protein hewani.
c)    Anemia Pernisiosis atau anemia defisiensi vitamin B12
Anemia Pernisiosis adalah penurunan sel darah merah yang terjadi ketika tubuh tidak dapat dengan baik menyerap vitamin B12 dari saluran pencernaan atau suatu kondisi dimana tubuh tidak cukup membuat zat yang dibuat.
B.   Teori Metode Food Frequency Questioner (FFQ)
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden. Metode frekuensi makanan memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah Relative murah dan sederhana, dapat dilakukan sendiri oleh responden, tidak membutuhkan latihan khusus, dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan. Sedangkan kekurangannya adalah tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari, sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data, cukup menjemukan bagi pewawancara, diperlukan studi pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner, dan responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi (Supariasa, 2001).

C.   Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia pada Kehamilan
Anemia pada kehamilan yang terjadi pada trimester pertama sampai ketiga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1.    Umur ibu Hamil
Menilai bahwa masa reproduksi yang sehat, kurang resiko dengan komplikasi kehamilan adalah umur 20 – 35 tahun, sedangkan kehamilan beresiko adalah < 20 dan > 35 . Hal ini terkait dengan keadaan biologis dan pisikologis dari ibu hamil. Hubungan dengan anemia bahwa pada umur < 20 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada umur tersebut perkembangan biologis dalam hal ini alat reproduksi belum optimal. Selain kehamilan di bawah 20 tahun, kehamilan dengan usia di atas 35 tahun juga merupakan kehamilan beresiko tinggi. Wanita yang hamil di dalam usia yang terlalu tua yaitu > 35 tahun pun akan rentan terhadap anemia. ( Manuaba, 2007).

2.    Pengetahuan Ibu Hamil
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :
a.   Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu dalam hal ini menganai penyakit anemia. Ibu hamil tahu bahwa anemia disebabkan oleh Kurangnya sel darah merah.
b.   Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek buka sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Ibu hamil memahami cara pencegahan anemia
c.   Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Ibu hamil telah paham mengenai cara pencegahan anemia, dan kemudian mengaplikasikan atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.



d.   Analisis (analysis)
Analisis adalah kemapuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan,kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalh atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seorang ibu hamil sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila ibu hamil tersebut telah dapat membedakan, mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan mengenai anemia. Dapat membedakan gejala anemia dan malaria.
e.   Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Ibu hamil dapat membuat kesimpulan mengenai artikel anemia ataupun yang lainnya yang telah di baca.
f.    Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justufikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Ibu hamil dapat menilai upaya-upaya yang telah ia lakukan dalam mencegah diri dari penyakit anemia.

3.    Sikap Ibu Hamil
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). mendefinisikan sikap sangat sederhana, yakni “An individual‘s attitude is syndrome of response consistency with regard to objek”. Jadi dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain ( Notoatmodjo 2010).
Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010), sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :
a.   Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaiman keyajinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap ibu terhadap anemia, berarti bagaimana pendapat, keyakinan ibu hamil tersebut terhadap penyakit anemia.
b.   Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian orang terhadap objek. Seperti tersebut, berarti bagaimana ibu hamil menilai terhadap penyakit anemia, apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.
c.   Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak. Misalnya tentang contoh sikap terhadap penyakit anemia diatas adalah apa yang dilakukan ibu hamil bila menderita penyakit anemia.
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :
a.   Menerima (receiving)
Menerima diaratikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). Sikap ibu hamil terhadap pemeriksa tekanan darah, dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu hamil untuk mendengarkan penyuluhan mengenai anemia di posyandu.
b.   Menanggapi (responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Ibu hamil yang mengikuti penyuluhan penyakit anemia tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapinya.
c.   Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak orang lain merespon.. Ibu hamil mendiskusikan penyakit anemia dengan ibu hamil lainnya, atau bahkan mengajak ibu hamil lainnya untuk mendengarkan penyuluhan mengenai penyakit anemia.
d.   Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, harus berani mengambil resiko yang ada. Contoh tersebut di atas, ibu hamil yang sudah mau mengikuti penyuluhan mengenai penyakit anemia, ia harus berani untuk mengorbankan waktunya, atau mungkin meninggalkan pekerjaannya untuk mengikuti penyuluhan.

4.    Praktek Ibu Hamil
Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :
a.   Praktik terpemimpin (guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau menggunkan panduan. Ibu Hamil yang menjaga dan memeriksakan kesehatannya kehamilannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh Ibu hamil yang lain atau keluarga. Begitu pula Ibu hamil yang kadang masih perlu diingatkan untuk menjaga kesehatannya.
b.   Praktik secara mekanis (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Apabila ada seorang Ibu hamil yang merasa sakit kepala, lemas, lesu ia langsung memeriksakan kesehatannya tanpa menunggu perintah dari orang lain.
c.   Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

5.    Pola Makan Ibu Hamil
a.    Definisi
Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Dapat mencapai keseimbangan gizi maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu Karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu (Bobak, 2005). Pada penelitian Djamilus dan Herlina (2008) menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang baik pola makan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Berikut ini zat-zat besi yang dibutuhkan pada saat kehamilan antara lain :
1.    Zat Besi.
Zat besi adalah mineral mikron yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia. Zat besi merupakan komponen dari hemoglobin, mioglobin, sitokran enzim katalase, serta peroksidase. Besi merupakan mineral mikron yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia yaitu sebanyak 3-5 gram dalam tubuh manusia dewasa (Almatsier, 2003). Kehadiran janin di rahim menyebabkan produksi sel darah merah mengalami peningkatan 30%. Sumsum tulang belakang menggunakan 500mg zat besi untuk membentuk sel-sel darah baru. Plasenta dan janin membutuhkan 300 mg zat besi untuk menjalankan proses metabolismenya dengan baik (Soekirman, 2006).
2.    Energi
Energi penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta, jaringan payudarah, cadangan lemak serta untuk metabolism.Pertumbuhan energy ini terutama di perlukan pada 20 minggu terahir dari masa kehamilan yaitu ketika pertumbuhan janin berlangsung sangat pesat.
3.    Asam Folat.
Asam folat diperlukan dalam berbagai jenis reaksi biokimia. Kekurangan folat menyebabkan kinerja sel menurun, termasuk yang berperan dalam metabolisme besi yaitu fungsi transferin reseptor. Asam folat juga diperlukan untuk pembentukan sel darah merah dan pendewasaannya dalam sumsum tulang. Vitamin B12 diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang dan jaringan syaraf. Sebagian besar asam folat dari makanan masuk dalam bentuk poliglutamat (Proverawati, 2011).
4.    Vitamin B Kompleks.
Di pandang dari segi gizi, kelompok vitamin B termasuk dalam kelompok vitamin yang di sebut vitamin B kompleks yang meliputi Tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin (vitamin B3), (asam nikotinat, niasinamida), piridoksin (vitamin B6), asam pantotenat (vitamin B5), biotin (vitamin B10), folasin (asam folat dan turunan aktifnya), serta vitamin B12 (sianokobalamin)
Tabel 2.1 : Peningkatan kebutuhan vitamin B selama kehamilan

Vitamin
Penyebab Peningkatan
Fungsi
Sumber bahan makanan
Vitamin B1 (Tanin)
Pembentukan koenzim
Untuk metabolism energi.
Membantu pertumbuhan janin
Kacang panjang, buncis, kacang kapri.
Vitamin B2
( Riboflavin)
Pembentukan koenzim untuk metabolism energi dan protein
Membantu pertumbuhan janin dan membantu metabolism karbohidrat, protein dan lemak
Sayuran berwarna hijau seperti, sawi hijau, susu, keju, daging bebas lemak.
Vitamin B3
( Niasin)
Pembentukan koenzim untuk metabolism energi dan protein

Mengurangi kelelahan, mencegah anemia, membantu sintesis hormone, dan membantu metabolism koenzim di dalam pembentukan energi.
Kacang-kacangan, kurma, alpukat, telur, ikan.
Vitamin B6
Piridoksin
Pertumbuhan janin dan pembentukan koenzim untuk metabolism protein

Sebagai antioksidan, membantu asam amino triptofan menjadi vitB3, membentuk protein dari asam amino, pembentukan saraf otak dan otot-otot  tubuh janin.
Daging, nasi,gandum, kacang, ikan dan telur ayam, ikan tuna, ikan salmon
Vitamin B9
( Asam folat )
Produksi hemo untuk hemoglobin, pembentukan DNA pada proses pembentukan sel-sel darah merah, dan untuk metabolism tubuh.
Mengurangi NTD (Neural Tubes Defectes) atau kelainan susunan saraf pusat, pembentukan DNA pada proses pembentukan sel-sel darah merah, mencegah anemia megaloblastik ( kekurangan jumlah sel darah merah berukuran besar.
Jeruk, kol, wortel, lobak, kentang,sawi hijau, asparagus,
Vitamin B12
Kobalamin
Pembentukan sel darah merah dan pembentukan koenzim untuk metabolism asam nukleat dan protein.
Membantu pertumbuhan janin dan pematangan sel darah merah
Telur, susu, daging bebas lemak, ayam, keju
(Ibnu, dkk 2010 ) Ilmu Gizi Untuk Praktis Kesehatan.
5.    Vitamin C.
Vitamin C adalah salah satu vitamin yang larut dalam air. Vitamin ini di perlukan untuk produksi kologen, pembentukan tulang dan gigi, penyimpanan yodium, pertumbuhan jaringan, penyembuhan, pembentukan sel darah merah, kekebalan terhadap infeksi, Bahan makanan sumber vitamin C seperti buah dan sayuran segar seperti jeruk, dan sayuran  daun hijau. Vitamin C yang membanti menyerap zat besi yang dapat mencegah anemia pada ibu hamil, vitamin C di butuhkan ibu hamil untuk memperkuat pembuluh darah, mencegah pendarahan dan mengurangi resiko infeksi setelah melahirkan, pembentukan tulang dan persendian janin, mengaktifkan kerja sel-sel darah putih serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
6.    Vitamin E
Kebutuhan vitamin E ibu hamil sekitar 15 mg (22,5 IU). Fungsi vitamin E di masa-masa kehamilan adalah untuk menjaga struktur dang fungsi komponen-komponen sel tubuh ibu dan janin, membantu pembentukan sel darah merah dan sebagai antioksida yang melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan. Cantoh bahan makanan sumber vitamin E antara lain brokoli, alpukat, tomat, kecambah, bayam, sawi hijau, asparagus, minyak kedelai, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan telur.
7.    Protein.
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air, Protein di bedakan menjadi protein hewani dan protein nabati. Protein yang berasal dari hewani seperti (daging, ikan, ayam, telur matang, susu, dan lain-lain disebut protein hewani), sedangkan protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti (kacang-kacangan, tempe, dan tahu di sebut protein nabati). Protein di butuhkan selama kehamilan untuk membentuk jaringan tubuh, tulang dan otot, protein ini juga di butuhkan untuk mendukung proses tubuh kembang janin agar dapat berlangsung optimal dan untuk pembentukan sel-sel darah merah baru di dalam tubuh janin. Wanita yang sedang hamil membutuhkan kurang lebih 17 gram protein lebuh banyak dari wanita yang tidak hamil.
b.    Makanan Pencegah Anemia Saat Hamil
Anemia selama kehamilan berkaitan dengan meningkatnya risiko kelahiran premature dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Tambahkan makanan kaya vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi dan menghindai anemia. Berikut ini makanan yang harus di masukkan dalam menu makanan untuk mengobati atau mencegah anemia.
1.    Pisang
Merupakan sumber makanan yang kaya zat besi dan mineral. Makan pisang saat sarapan merupakan pilihan yang ideal untuk mengobati atau mencegah anemia selama kehamilan.
2.    Jeruk atau jus jeruk
Jus jeruk merupakan sumber vitamin c, yang dapat membantu dalam penyerapan zat besi. Mengkonsumsi vitamin C dapat membantu mmerangi anemia selama kehamilan.
3.    Kiwi
Buah kiwi dianggab sebagai buah yang paling padat nutrisinya, dengan mengkonsumsi 2 buah kiwi sehari dapat memenuhi kalsium dalam tubuh, meningkatkan penyerapan tubuh dari makanan. Kiwi mengandung 87mg vitamin C, sementara bagian biji hitam dalam dagingnya kaya akan kandungan vitamin E, yang dapat menjaga degenerasi macula.
4.    Anggur
Anggur kaya akan kalsium, fosfor, dan zat besi, multi vitamin dan asam amino. Angguar adalah buah tonik terbaik bagi manula, wanita dan bagi mereka yang berfisik lemah kekurangan darah serta mereka yang kelelahan karena berbagai aktifitas.
5.    Delima
Delima adalah sumber makanan yang kaya zat besi. Sertakan delima dalam menu harian jika mencari solusi memerangi anemia selama kehamilan.
6.    Kurma
Mampu meningkatkan produksi hemoglobin yang berguna untuk mengalirkan oksigen ke janin. Disarankan untuk makan dua butir kurma saat sarapan dan makan siang.
7.    Brokoli
Sayuran berdaun hijau yang tidak boleh dihindari, terutama ketika anda sedang hamil. Brokoli kaya akan vitamin, zat besi dan folat.
8.    Kuning Telur
Mengandung zat besi yang dibutuhkan tubuh. Makan sebutir telur akan membantu menjaga hemoglobin tetap normal karena zat besinya sangat cukup dibutuhkan tubuh.
9.    Madu
Jika mengalami anemia selama kehamilan minumlah madu. Madu adalah sumber yang kaya zat besi. Madu dapat diminum mentah atau dicampur dengan buah-buahan.
c.    Makanan yang sebaiknya di hindari wanita hamil
Ibu hamil sebaiknya menghindari atau membatasi konsumsi makanan dan minuman di bawah ini, karena dapat beresiko terhadap kehamilan.
1.    Daging
Daging sapi, kambing, ikan yang dimasak kurang matang karena mengandung kuman seperti : cacing, Salmonella dan E.coli, yang berbahaya untuk janin.
2.    Soft drink
Kurangi mengkonsumsi minuman ringan (Soft drink), soft drink tetap menjadi minuman yang sebaiknya tidak di konsumsi ibu hamil. Soft drink yang kaya akan gula ini juga mengandung asam yang dapat menurunkan jumlah zat besi dalam tubuh.
3.    Keju
Hindari jenis mould-ripened soft cheese (keju lembut) seperti brie atau camember karena keju jenis ini dibuat dengan menggunakan cetakan yang memungkinkannya mengandung bakteri listeria.

D.   Faktor-faktor Penghambat Penyerapan Fe
1.    Faktor Penghambat Penyerapan Fe
Seringnya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang menghambat penyerapan zat besi seperti fitat, teh, kopi. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada triwulan III karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir.  Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kadar Fe didalam tubuh antala lain adanya zat-zat penghambat penyerapan Fe Yaitu :
a.    Asam Fitat.
Almatsier (2003) mengemukakan bahwa asam fitat yang terdapat dalam gandum dan biji-bijian lain.Meskipun jumlahnya sangat sedikit, fitat dapat mengurangi penyerapan zat besi. Pengaruh penghambatan ini dapat dinetralkan dengan asam askorbat.
b.    Kopi.
Salah satu minuman berkafein yang dapat menghambat penyerapan zat besi adalah kopi, kopi merupakan salah satu penghambat yang cukup penting dan tidak diragukan lagi karena mengandung polifenol (Yulianasari, 2009).
c.    Teh.
Sementara menurut Orbayinah (2007) baik teh hijau maupun teh hitam mengandung katekin.  Keduanya berpotensi untuk menghambat penyerapan besi, perlu di ingat bahwa teh juga mengandung kafein.




2.    Faktor Infeksi Parasit
Infeksi parasit adalah infeksi yang disebabkan dan ditularkan oleh parasit. Parasit seringkali menetapkan target pada organ vital dan beberapa system dengan mengubah fungsi tubuh yang normal. Pengenalan beberapa parasit yang ada dalam anemia.
a.    Cacingan
Kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti cacing tambang (Ancilostoma dan Necator), Scistosoma dan mungkin Trichuris trichiura. Darah yang hilang akibat infestasi cacing tambang bervariasi antara 2-100 cc/hari, tergantung pada beratnya infestasi. Kisaran jumlah darah yang dihisap oleh Necator americanus. Perkiraan jumlah cacing pada setiap orang yang terinfestasi rata-rata 350 ekor. Jika jumlah zat besi dihitung berdasarkan banyaknya telur cacing yang terdapat dalam tinja, jumlah zat besi yang hilang perseribu telur adalah sekitar 0,8 mg (untuk Necator americanus) sampai 1,2 mg (untuk Ancylostoma duodenale) sehari (Arisman, 2004).
b.    Malaria
Anemia pada malaria terjadi karena lisis atau hancurnya sel darah merah yang mengandung parasit. Manifestasi atau akibat yang paling sering ditimbullkan pada orang yang terkena malaria adalah anemia baik itu pada saat infeksi ataupun setelah infeksi. Bukti yang menyatakan bahwa malaria dapatmenyebabkan anemia terdapat dalam beberapa mekanisme, yaitu kemungkinan hambatan pada Iron Haemazoin Complexes (pigmen malaria), kehilangan zat besi melalui urin, dan penurunan kemampuan absorbs zat besi selama periode akut (Naiulun, 2011).

3.    Faktor Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap upaya pecegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti imunisasi, penimbangan anak, penyuluhan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas dan rumah sakit. Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.  (Notoatmodjo, 2007). Ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok masyarakat. Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya (Depkes, 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar