1. Definisi Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana
kadar Hemoglobin (HB) dan atau hitung etitrosit lebih rendah dari nilai normal.
Dikatakan sebagai anemia adalah Bila Hb Wanita (tidak hamil) 12 gr%, sedangkan
wanita hamil 11 gr%. Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum
terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu
rendah. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah
menggandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat
menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan stress pada organ
tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang normal dan mencegah anemia
memerlukan kerjasama antara ginjal, sumsum tulang, dan nutrisi dalam tubuh
(Maimunah 2005)
a) Anemia
Ringan
Anemia Ringan adalah ibu hamil yang
memiliki kadar hemoglobin antara 9-10 gr% sesuai dengan hasil pemeriksaan
laboratorium.
b) Anemia
Berat
Anemia berat yang kronis dikatakan
bila konsentrasi Hb ≤ 7g% selama 3 bulan berturut-turut atau responden
mengalami anemia berat 3 bulan berturut-turut. Anemia berat dapat bersifat akut
dan kronis. Anemia kronis dapat di sebabkan oleh anemia defisiensi besi (ADB), sickle cell anemia (SCA), talasemia, anemia
aplastik, dan leukemia. Anemia berat kronis juga dapat dijumpai pada infeksi
kronis seperti (TBC) atau infeksi parasit yang lama, seperti malaria, cacingan
dan lainnya.
2.
Epidemiologi
Anemia
merupakan permasalahan kesehatan yang mendunia dan memiliki prevalensi yang
tinggi di berbagai negara di seluruh dunia. Berdasarkan data WHO dalam Worldwide
Prevalence of Anemia (2008) diketahui bahwa total keseluruhan
penduduk dunia yang menderita anemia adalah 1,62 miliar orang dengan
prevalensi 48,8% dan prevalensi anemia pada Asia Tenggara sendiri adalah
14,9%. Prevalensi berdasarkan umur tertinggi terdapat pada balita (47,4%)
dan ibu hamil (41,8%), sedangkan pada anak sekolah juga termasuk tinggi
yaitu 25,4% dan prevalensi ini menyatakan bahwa 305 juta anak sekolah di
seluruh dunia menderita anemia.
3.
Etiologi
WHO (2008) menyebutkan bahwa faktor
utama Anemia adalah karena tiga faktor :
a.
Rendahnya
konsumsi zat besi .
b. Rendahnya penyerapan zat
besi.
c.
Periode
dimana kebutuhan tubuh akan zat besi tinggi yaitu pada masa pertumbuhan dan kehamilan.
Raspati, dkk (2010) menyebutkan bahwa
kekurangan besi dapat disebabkan oleh :
1)
Malabsorbsi
zat besi
Keadaan ini sering dijumpai pada anak
kurang gizi yang mukosa ususnya mengalami perubahan secara histologis dan
fungsional. Orang yang telah mengalami gastrektomi parsial atau total sering
disertai anemia defisiensi zat besi walaupun penderita mendapat makanan yang
cukup zat besi. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah asam lambung dan makanan
lebih cepat melalui bagian atas usus halus, tempat utama penyerapan zat besi
heme dan non heme.
2)
Pendarahan
Kehilangan darah akibat perdarahan
merupakan penyebab penting terjadinya anemia defisiensi zat besi. Kehilangan
darah akan mempengaruhi keseimbangan status zat besi. Kehilangan darah 1 ml
akan mengakibatkan kehilangan zat besi 0,5 mg, sehingga kehilangan darah 3-4
ml/hari (1,5-2 mg zat besi) dapat mengakibatkan keseimbangan negatif zat besi. Perdarahan
dapat berupa perdarahan saluran cerna, milk induced enteropathy, ulkus
peptikum, karena obat-obatan (asam asetil salisilat,kortikostreroid,
inometasin, obat anti inflamasi non steroid) dan infestasi cacing (Ancylostoma
duodenale dan Necator americanus) yang menyerang usus halus bagian
proksimal dan menghisap darah dari pembuluh darah submukosa usus.
4. Klasifikasi
Anemia
Berdasarkan
klasifikasi WHO tahun 2011 kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di kategori
sebagai berikut :
a.
Anemia Ringan : 9-10 gr%
b.
Anemia Berat : < 7 gr%
Klasifikasi
anemia dalam kehamilan menurut Atikah Proverawati (2011), adalah sebagai
berikut:
a.
Anemia
Hemolitik.
Anemia
Hemolitik adalah suatu kondisi dimana tidak ada cukup sel darah merah dalam darah,karena
kerusakan dini sel-sel darah merah. Anemia ini jarang terjadi karena masalah
yang menyebabkan sel-sel darah merah untuk mati atau dihancurkan sebelum
waktunya.
b.
Anemia
Aplastik Idiopatik.
Anemia
ini adalah suatu kondisi di mana sumsum tulang gagal membuat sel-sel darah
secara normal. Sumsum tulang adalah jaringan lembut, mengandung lemak di pusat
tulang.
c.
Anemia Hipoplastik.
Anemia
hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah
baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat, keracunan
dan radiasi. Mekanisme terjadinya anemia jenis ini adalah karena kerusakan sel
induk dan kerusakan mekanisme imunologis. Anemia jenis ini biasanya ditandai
dengan gejala perdarahan seperti petikie
dan ekimosis (perdarahan kulit),
perdarahan mukosa dapat berupa epistaksis,
perdarahan sub konjungtiv, perdarahan gusi, hematemesis melena dan pada wanita
dapat berupa menorhagia.
5. Diagnosa
Anemia.
a.
Anamnesa.
Anamnesa
akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang,
keluhan mual, muntah, lebih berat pada hamil muda. Bila terdapat keluhan lemah,
nampak pucat, mudah pingsan sementara tensi dalam batas notmal, maka perlu
dicurigai anemia defisiensi besi (Asyirah, 2012).
b.
Pemeriksaan
Fisik.
Pemeriksaan
fisik didapatkan ibu tampak lemah, kulit pucat, mudah pingsan, sedangkan tensi
masih dalam batas normal, pucat pada membrane mukosa dan konjuntiva karena
kurangnya sel darah merah pada pembuluh kapiler dan pucat pada kuku dan jari (Asyirah,
2012).
c.
Pemeriksaan
darah.
Pemeriksaan
darah di lakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan
trimester III. Melihat hasil anamneses dan
pemeriksaan fisik maka diagnose dapat dipastikan dengan pemeriksaan kadar
Hemaglobin.
6. Tanda
dan Gejala Anemia
Salah
satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan ini
umumnya diakibatkan dari berkurangnya volum darah, berkurangnya hemoglobin dan
vasokontriksi untuk memanksimalkan penguriman oksigen ke organ - organ vital.
Tanda dan
gejala ibu hamil menurut (sohimah, 2006) adalah :
a.
Lemah,
letih, lesu, mudah letih dan lalai.
b.
Wajah
tampak pucat, sering pusing.
c.
Mata
berkunang - kunang.
d.
Nafsu
makan berkurang
e.
Sulit
konsentrasi dan mudah lupa.
f.
Sering
sakit.
g.
Nafas
pendek (pada anemia berat).
h.
Keluhan
mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
7. Pengaruh
Anemia
a.
Gangguan
selama kehamilan dapat berupa :
1)
Mengurangi
rasa yang menyenangkan dalam masa kehamilan karena kelelahan.
2)
Mengurangi
daya tahan ibu sehingga memungkinkan terjadinya infeksi.
3)
Meningkatkan
resiko terjadinya persalinan premature karena kurangnya suplay darah ke uterus.
4)
Perdarahan
ante partum
5)
Abortus
6)
Hambatan
tumbuh kembang janin
b.
Gangguan
yang dapat terjadi selama persalinan
1)
Patrus
lama akibat terjadi kontraksi uterus yang tidak kuat oleh karena hipoksia
jaringan.
2)
Kurangnya
kemampuan dan kekuatan ibu untuk menghadapi persalinan sehingga menyebabkan
meternal distress, selanjutnya dapat terjadi syok.
3)
Dapat
mengakibatkan otonia uteri dalam semua kala persalinan dan terjadi perdarahan
post partum.
4)
Mudah
terjadi infeksi selama persalinan.
5)
Retensio
plasenta
c.
Pengaruh
Anemia terhadap janin.
1)
Abortus
2)
Terjadinya
kemati intrauterine
3)
Bayi
berat lahir rendah
4)
Kelahiran
dengan anemia
5)
Dapat
terjadi cacat bawaan
8. Pencegahan Anemia
a.
Pencegahan
Primer
Pencegahan
primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit
atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan
dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama di dalam pencegahan primer.
Hal ini pencegahan primer ditujukan kepada ibu hamil yang belum anemia. Tujuan
pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan
memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko. Pencegahan
primer meliputi:
1. Edukasi
(Penyuluhan)
Petugas kesehatan dapat berperan sebagai
edukator seperti memberikan nutrition education berupa dorongan agar ibu
hamil mengkonsumsi bahan makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet zat besi
atau tablet tambah darah minimal selama 90 hari. Edukasi tidak hanya diberikan
pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil. Penanggulangannya, dimulai jauh
sebelum peristiwa melahirkan, selain itu, petugas kesehatan juga dapat berperan
sebagai konselor atau sebagai sumber konsultasi bagi ibu hamil mengenai cara
mencegah anemia pada kehamilan. Suplementasi Fe adalah salah satu strategi
untuk meningkatkan intake Fe yang berhasil hanya jika individu mematuhi aturan
konsumsinya.
2. Suplementasi Fe (Tablet Besi)
Anemia defisiensi zat besi
dicegah dengan memelihara keseimbangan antara asupan Fe dan kehilangan Fe.
Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk memelihara keseimbangan ini bervariasi antara
satu wanita dengan yang lainnya tergantung pada riwayat reproduksi. Jika
kebutuhan Fe tidak cukup terpenuhi dari diet makanan, dapat ditambah dengan
suplemen Fe terutama bagi wanita hamil dan masa nifas. Suplemen zat besi dosis
rendah (30mg/hari) sudah mulai diberikan sejak kunjungan pertama ibu hamil.
3. Fortifikasi Makanan dengan Zat Besi
Fortifikasi makanan yang
banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan
anemia di berbagai Negara. Fortifikasi makanan merupakan cara terampuh dalam
pencegahan defisiensi zat besi. Produk makanan fortifikasi yang lazim adalah
tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung
serta beberapa produk susu.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder lebih
ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi untuk menemukan status
patogenik setiap individu di dalam populasi. Pencegahan sekunder bertujuan
untuk menghentikan perkembangan penyakit menuju suatu perkembangan kearah
kerusakan atau ketidakmampuan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan
tersier mencakup pembatasan terhadap segala ketidakmampuan dengan menyediakan
rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan sudah terjadi dan
menimbulkan kerusakan. Hal ini pencegahan tersier ditujukan kepada ibu hamil
yang mengalami anemia yang cukup parah dilakukan untuk mencegah perkembangan
penyakit ke arah yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien
seperti untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan
dan komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup.
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu :
1. Memeriksa
ulang secara teratur kadar hemoglobin .
2. Mengeliminasi
faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil, tetap
mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan yang
adekuat setelah persalinan.
9.
Pengobatan
Perawatan diarahkan untuk mengatasi anemia.
Tranfusi darah biasanya dilakukan untuk setiap anemia jika gejala yang dialami
cukup parah (misalnya, sakit kepala ringan, kelemahan, kelelahan, atau terjadi
gejala atau tanda-tanda gangguan kardiopulmonal
(misalnya, dyspnea, takikardi, techpnea), maka keputusan tidak di dasarkan
pada kadar HB tersebut.
10. Penatalaksanaan
Ada
sejumlah kasus anemia dapat memperburuk kehamiln, apabila hasil pengkajian
riwayat atau uji laboratorium menunjukkan kelainan maka perlu mengevaluasi
wanita tersebut untuk menentukan etiologi anemian dan kemudian menyusun rencana
penatalaksanaan (Varney, 2006). Perlu segera dilakukan terapi anemia dengan
tujuan untuk mengoreksi kurangnya massa hemoglobin dan mengembalikan simpanan zat
besi. Pada saat hamil kebutuhan tubuh ibu terhadap zat besi meningkat untuk
memenuhi kebutuhan fital, plasenta dan pertambahan massa eritrosit. Bila
cadangan zat besi ibu tidak mencukupi pada waktu belum dan sesudah kehamilan
serta asupan gizi yang tidak adikuat selama kehamilan maka mengakibatkan ibu
mengalami anemia defesiensi zat besi. Perlu segera dilakukan terapi anemia
dengan tujuan untuk mengoreksi kurangnya massa hemoglobin dan mengembalikan
simpanan zat besi.
A. Anemia
Dalam Kehamilan
1. Definisi
Kehamilan
Kehamilan
adalah masa di mulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama
haid trahir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai
dari konsepsi 3 bulan, triwulan kedua dari bulam keempat sampai 6
bulan,triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Sarwono, 2006 ).
2. Anemia
Kehamilan
Anemia
dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada
trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II.
Anemia dalam kehamilan paling sering dijumpai adalah anemia akibat kekurangan
zat besi (Fe). Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang intake unsur zat
besi ke dalam tubuh melalui makanan, karena gangguan absorbsi, gangguan
penggunaan atau terlalu banyak zat besi yang keluar dari badan, misalnya pada
perdarahan. Keperluan zat besi akan bertambah dalam kehamilan, terutama dalam
trimester II hal ini disebabkan meningkatnya kebutuhan janin yang dikandung
oleh ibu. Anemia defisiensi besi pada kehamilan sekitar 95% kasus anemia selama
kehamilan adalah karena kekurangan zat besi. Penyebabnya biasanya asupan
makanan tidak memadai (terutama pada anak remaja), kehamilan sebelumnya, atau
kehilangan normal secara berulang zat besi dalam darah haid yang mendekati
jumlah tertentu, biasanya berlangsung setiap bulan. ( Proverawati, 2011).
3. Jenis-jenis
Anemia pada Kehamilan
a)
Anemia defisiensi zat besi.
Anemia
defisiensi zat besi adalah penurunan jumlah sel darah merah dalam darah yang
disebabkan oleh zat besi yang terlalu sedikit. Zat Besi merupakan komponen
utama dari hemoglobin dan penting untuk fungsi yang tepat. Kehilangan darah
kronis karena alasan apapun adalah penyeba utama kadar zat besi yang rendah
dalam tubuh karena menghabiskan simpanan zat besi tubuh untuk mengkompensasi
hilangnya zat besi yang berlangsung. Defisiensi zat besi menyebabkan penurunan
jumlah hemoglobin, rendahnya kadar hemoglobin pada gilirannya menyebabkan
penurunan produksi sel darah merah normal.
b) Defisiensi Asam Folat
Defiensi
asam folat biasanya dihubungkan dengan anemia megaloblastik. Anemia
megaloblastik adalah suatu keadaan yang ditandai oleh adanya perubahan abnormal
dalam pembentukan sel darah, sebagai akibat adanya ketidaksesuaian antara
pematangan inti dan sitoplasma pada seluruh sel seri myeloid dan eritorid.
Anemia megaloblastik merupakan manifestasi yang paling khas untuk defisiensi
folat.
Selama hamil hamper selalu di sebabkan
defisiensi asam folat, dijumpai pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran
hijau , polong-polongan, dan protein hewani.
c) Anemia Pernisiosis atau anemia defisiensi vitamin B12
Anemia
Pernisiosis adalah penurunan sel darah merah yang terjadi ketika tubuh tidak
dapat dengan baik menyerap vitamin B12 dari saluran pencernaan atau suatu
kondisi dimana tubuh tidak cukup membuat zat yang dibuat.
B. Teori
Metode Food Frequency Questioner (FFQ)
Metode frekuensi makanan adalah
untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau
makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun.
Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola
konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode pengamatannya
lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan ranking tingkat konsumsi
zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian epidemiologi
gizi. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan dan
frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang
ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang
cukup sering oleh responden. Metode frekuensi makanan memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihannya adalah Relative murah dan sederhana, dapat dilakukan
sendiri oleh responden, tidak membutuhkan latihan khusus, dapat membantu untuk
menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan. Sedangkan kekurangannya
adalah tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari, sulit mengembangkan
kuesioner pengumpulan data, cukup menjemukan bagi pewawancara, diperlukan studi
pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner,
dan responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi (Supariasa, 2001).
C. Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Anemia pada Kehamilan
Anemia pada kehamilan yang terjadi
pada trimester pertama sampai ketiga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
1.
Umur
ibu Hamil
Menilai bahwa masa reproduksi yang sehat,
kurang resiko dengan komplikasi kehamilan adalah umur 20 – 35 tahun, sedangkan
kehamilan beresiko adalah < 20 dan > 35 . Hal ini terkait dengan keadaan
biologis dan pisikologis dari ibu hamil. Hubungan dengan anemia bahwa pada umur
< 20 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada umur tersebut perkembangan
biologis dalam hal ini alat reproduksi belum optimal. Selain kehamilan di bawah
20 tahun, kehamilan dengan usia di atas 35 tahun juga merupakan kehamilan
beresiko tinggi. Wanita yang hamil di dalam usia yang terlalu tua yaitu > 35
tahun pun akan rentan terhadap anemia. ( Manuaba, 2007).
2. Pengetahuan
Ibu Hamil
Pengetahuan
adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pada
waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan
indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai
intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).
Secara garis
besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :
a. Tahu
(know)
Tahu
diartikan sebagai recall (memanggil)
memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu dalam hal ini
menganai penyakit anemia. Ibu hamil
tahu bahwa anemia disebabkan oleh
Kurangnya sel darah merah.
b. Memahami
(comprehension)
Memahami
suatu objek buka sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat
menyebutkan, tetapi orang tersebut dapat menginterpretasikan secara benar
tentang objek yang diketahui tersebut. Ibu hamil memahami cara pencegahan anemia
c. Aplikasi
(aplication)
Aplikasi
diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi
yang lain. Ibu hamil telah paham mengenai cara pencegahan anemia, dan kemudian mengaplikasikan atau menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Analisis
(analysis)
Analisis
adalah kemapuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan,kemudian mencari
hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalh atau objek
yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seorang ibu hamil sudah sampai pada
tingkat analisis adalah apabila ibu hamil tersebut telah dapat membedakan,
mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan mengenai anemia. Dapat membedakan gejala anemia dan malaria.
e. Sintesis
(synthesis)
Sintesis
menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu
hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Ibu hamil
dapat membuat kesimpulan mengenai artikel anemia
ataupun yang lainnya yang telah di baca.
f. Evaluasi
(evaluation)
Evaluasi
berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justufikasi atau penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Ibu hamil dapat menilai upaya-upaya yang telah
ia lakukan dalam mencegah diri dari penyakit anemia.
3.
Sikap
Ibu Hamil
Sikap adalah
juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). mendefinisikan
sikap sangat sederhana, yakni “An
individual‘s attitude is syndrome of response consistency with regard to objek”.
Jadi dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam
merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain ( Notoatmodjo 2010).
Menurut
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010), sikap terdiri dari 3 komponen pokok,
yaitu :
a. Kepercayaan
atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaiman keyajinan dan
pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap ibu terhadap anemia,
berarti bagaimana pendapat, keyakinan ibu hamil tersebut terhadap penyakit anemia.
b. Kehidupan
emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian orang
terhadap objek. Seperti tersebut, berarti bagaimana ibu hamil menilai terhadap
penyakit anemia, apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang
membahayakan.
c. Kecenderungan
untuk bertindak (tend to behave),
artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku
terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak. Misalnya tentang contoh
sikap terhadap penyakit anemia diatas adalah apa yang dilakukan ibu hamil bila
menderita penyakit anemia.
Ketiga
komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap
yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :
a. Menerima
(receiving)
Menerima
diaratikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan
(objek). Sikap ibu hamil terhadap pemeriksa tekanan darah, dapat diketahui atau
diukur dari kehadiran ibu hamil untuk mendengarkan penyuluhan mengenai anemia di posyandu.
b. Menanggapi
(responding)
Menanggapi
disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
objek yang dihadapi. Ibu hamil yang mengikuti penyuluhan penyakit anemia
tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab
atau menanggapinya.
c. Menghargai
(valuing)
Menghargai
diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek
atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak
orang lain merespon.. Ibu hamil mendiskusikan penyakit anemia dengan ibu hamil
lainnya, atau bahkan mengajak ibu hamil lainnya untuk mendengarkan penyuluhan
mengenai penyakit anemia.
d. Bertanggung
jawab (responsible)
Sikap yang
paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah
diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan
keyakinannya, harus berani mengambil resiko yang ada. Contoh tersebut di atas, ibu
hamil yang sudah mau mengikuti penyuluhan mengenai penyakit anemia, ia harus
berani untuk mengorbankan waktunya, atau mungkin meninggalkan pekerjaannya
untuk mengikuti penyuluhan.
4.
Praktek
Ibu Hamil
Praktik atau
tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :
a. Praktik
terpemimpin (guided response)
Apabila
subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada
tuntutan atau menggunkan panduan. Ibu Hamil yang menjaga dan memeriksakan
kesehatannya kehamilannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh Ibu hamil yang
lain atau keluarga. Begitu pula Ibu hamil yang kadang masih perlu diingatkan
untuk menjaga kesehatannya.
b. Praktik
secara mekanis (mechanism)
Apabila
subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara
otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Apabila ada seorang Ibu
hamil yang merasa sakit kepala, lemas, lesu ia langsung memeriksakan
kesehatannya tanpa menunggu perintah dari orang lain.
c. Adopsi
(adoption)
Adopsi
adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang
dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan
modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.
5.
Pola
Makan Ibu Hamil
a.
Definisi
Pola makan
adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap
individu untuk hidup sehat dan produktif. Dapat mencapai keseimbangan gizi maka
setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan
bahan makanan yaitu Karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan
susu (Bobak, 2005). Pada penelitian Djamilus dan Herlina (2008) menunjukkan
adanya kecendrungan bahwa semakin kurang baik pola makan, maka akan semakin
tinggi angka kejadian anemia. Berikut ini zat-zat besi yang dibutuhkan pada
saat kehamilan antara lain :
1. Zat
Besi.
Zat besi adalah mineral mikron yang
paling banyak terdapat dalam tubuh manusia. Zat besi merupakan komponen dari
hemoglobin, mioglobin, sitokran enzim katalase, serta peroksidase. Besi
merupakan mineral mikron yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia yaitu
sebanyak 3-5 gram dalam tubuh manusia dewasa (Almatsier, 2003). Kehadiran janin
di rahim menyebabkan produksi sel darah merah mengalami peningkatan 30%. Sumsum
tulang belakang menggunakan 500mg zat besi untuk membentuk sel-sel darah baru.
Plasenta dan janin membutuhkan 300 mg zat besi untuk menjalankan proses
metabolismenya dengan baik (Soekirman, 2006).
2. Energi
Energi
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta, jaringan payudarah,
cadangan lemak serta untuk metabolism.Pertumbuhan energy ini terutama di
perlukan pada 20 minggu terahir dari masa kehamilan yaitu ketika pertumbuhan
janin berlangsung sangat pesat.
3.
Asam
Folat.
Asam folat diperlukan dalam berbagai
jenis reaksi biokimia. Kekurangan folat menyebabkan kinerja sel menurun,
termasuk yang berperan dalam metabolisme besi yaitu fungsi transferin reseptor.
Asam folat juga diperlukan untuk pembentukan sel darah merah dan pendewasaannya
dalam sumsum tulang. Vitamin B12 diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk
aktif dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel terutama sel-sel saluran
cerna, sumsum tulang dan jaringan syaraf. Sebagian besar asam folat dari
makanan masuk dalam bentuk poliglutamat (Proverawati, 2011).
4. Vitamin
B Kompleks.
Di pandang
dari segi gizi, kelompok vitamin B termasuk dalam kelompok vitamin yang di
sebut vitamin B kompleks yang meliputi Tiamin
(vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin (vitamin B3), (asam
nikotinat, niasinamida), piridoksin (vitamin B6), asam pantotenat (vitamin B5),
biotin (vitamin B10), folasin (asam folat dan turunan aktifnya), serta vitamin
B12 (sianokobalamin)
Tabel 2.1 : Peningkatan kebutuhan vitamin B selama
kehamilan
Vitamin
|
Penyebab Peningkatan
|
Fungsi
|
Sumber bahan makanan
|
Vitamin B1 (Tanin)
|
Pembentukan koenzim
Untuk metabolism energi.
|
Membantu pertumbuhan janin
|
Kacang panjang, buncis, kacang kapri.
|
Vitamin B2
( Riboflavin)
|
Pembentukan koenzim untuk metabolism energi dan protein
|
Membantu pertumbuhan janin dan membantu metabolism karbohidrat, protein
dan lemak
|
Sayuran berwarna hijau seperti, sawi hijau, susu, keju, daging bebas lemak.
|
Vitamin B3
( Niasin)
|
Pembentukan koenzim untuk metabolism energi dan protein
|
Mengurangi kelelahan, mencegah anemia, membantu sintesis hormone, dan
membantu metabolism koenzim di dalam pembentukan energi.
|
Kacang-kacangan, kurma, alpukat, telur, ikan.
|
Vitamin B6
Piridoksin
|
Pertumbuhan janin dan pembentukan koenzim untuk metabolism protein
|
Sebagai antioksidan, membantu asam amino triptofan menjadi vitB3,
membentuk protein dari asam amino, pembentukan saraf otak dan otot-otot tubuh janin.
|
Daging, nasi,gandum, kacang, ikan dan telur ayam, ikan tuna, ikan
salmon
|
Vitamin B9
( Asam folat )
|
Produksi hemo untuk hemoglobin, pembentukan DNA pada proses pembentukan
sel-sel darah merah, dan untuk metabolism tubuh.
|
Mengurangi NTD (Neural Tubes
Defectes) atau kelainan susunan saraf pusat, pembentukan DNA pada proses
pembentukan sel-sel darah merah, mencegah anemia megaloblastik ( kekurangan
jumlah sel darah merah berukuran besar.
|
Jeruk, kol, wortel, lobak, kentang,sawi hijau, asparagus,
|
Vitamin B12
Kobalamin
|
Pembentukan sel darah merah dan pembentukan koenzim untuk metabolism
asam nukleat dan protein.
|
Membantu pertumbuhan
janin dan pematangan sel darah merah
|
Telur, susu, daging bebas lemak, ayam, keju
|
(Ibnu,
dkk 2010 ) Ilmu Gizi Untuk Praktis Kesehatan.
5. Vitamin
C.
Vitamin C
adalah salah satu vitamin yang larut dalam air. Vitamin ini di perlukan untuk produksi
kologen, pembentukan tulang dan gigi, penyimpanan yodium, pertumbuhan jaringan,
penyembuhan, pembentukan sel darah merah, kekebalan terhadap infeksi, Bahan
makanan sumber vitamin C seperti buah dan sayuran segar seperti jeruk, dan
sayuran daun hijau. Vitamin C yang
membanti menyerap zat besi yang dapat mencegah anemia pada ibu hamil, vitamin C
di butuhkan ibu hamil untuk memperkuat pembuluh darah, mencegah pendarahan dan
mengurangi resiko infeksi setelah melahirkan, pembentukan tulang dan persendian
janin, mengaktifkan kerja sel-sel darah putih serta meningkatkan sistem
kekebalan tubuh.
6. Vitamin
E
Kebutuhan
vitamin E ibu hamil sekitar 15 mg (22,5 IU). Fungsi vitamin E di masa-masa
kehamilan adalah untuk menjaga struktur dang fungsi komponen-komponen sel tubuh
ibu dan janin, membantu pembentukan sel darah merah dan sebagai antioksida yang
melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan. Cantoh bahan makanan sumber vitamin E
antara lain brokoli, alpukat, tomat, kecambah, bayam, sawi hijau, asparagus,
minyak kedelai, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan telur.
7. Protein.
Protein
adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah
air, Protein di bedakan menjadi protein hewani dan protein nabati. Protein yang
berasal dari hewani seperti (daging, ikan, ayam, telur matang, susu, dan
lain-lain disebut protein hewani), sedangkan protein yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti (kacang-kacangan, tempe, dan tahu di sebut protein
nabati). Protein di butuhkan selama kehamilan untuk membentuk jaringan tubuh, tulang
dan otot, protein ini juga di butuhkan untuk mendukung proses tubuh kembang
janin agar dapat berlangsung optimal dan untuk pembentukan sel-sel darah merah
baru di dalam tubuh janin. Wanita yang sedang hamil membutuhkan kurang lebih 17
gram protein lebuh banyak dari wanita yang tidak hamil.
b.
Makanan
Pencegah Anemia Saat Hamil
Anemia
selama kehamilan berkaitan dengan meningkatnya risiko kelahiran premature dan
bayi lahir dengan berat badan rendah. Tambahkan makanan kaya vitamin C untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dan menghindai anemia. Berikut ini makanan
yang harus di masukkan dalam menu makanan untuk mengobati atau mencegah anemia.
1. Pisang
Merupakan
sumber makanan yang kaya zat besi dan mineral. Makan pisang saat sarapan
merupakan pilihan yang ideal untuk mengobati atau mencegah anemia selama kehamilan.
2. Jeruk
atau jus jeruk
Jus jeruk
merupakan sumber vitamin c, yang dapat membantu dalam penyerapan zat besi.
Mengkonsumsi vitamin C dapat membantu mmerangi anemia selama kehamilan.
3. Kiwi
Buah kiwi
dianggab sebagai buah yang paling padat nutrisinya, dengan mengkonsumsi 2 buah
kiwi sehari dapat memenuhi kalsium dalam tubuh, meningkatkan penyerapan tubuh
dari makanan. Kiwi mengandung 87mg vitamin C, sementara bagian biji hitam dalam
dagingnya kaya akan kandungan vitamin E, yang dapat menjaga degenerasi macula.
4. Anggur
Anggur kaya akan kalsium,
fosfor, dan zat besi, multi vitamin dan asam amino. Angguar adalah buah tonik
terbaik bagi manula, wanita dan bagi mereka yang berfisik lemah kekurangan
darah serta mereka yang kelelahan karena berbagai aktifitas.
5. Delima
Delima
adalah sumber makanan yang kaya zat besi. Sertakan delima dalam menu harian
jika mencari solusi memerangi anemia selama kehamilan.
6. Kurma
Mampu
meningkatkan produksi hemoglobin yang berguna untuk mengalirkan oksigen ke
janin. Disarankan untuk makan dua butir kurma saat sarapan dan makan siang.
7. Brokoli
Sayuran
berdaun hijau yang tidak boleh dihindari, terutama ketika anda sedang hamil.
Brokoli kaya akan vitamin, zat besi dan folat.
8. Kuning
Telur
Mengandung
zat besi yang dibutuhkan tubuh. Makan sebutir telur akan membantu menjaga
hemoglobin tetap normal karena zat besinya sangat cukup dibutuhkan tubuh.
9. Madu
Jika
mengalami anemia selama kehamilan minumlah madu. Madu adalah sumber yang kaya
zat besi. Madu dapat diminum mentah atau dicampur dengan buah-buahan.
c.
Makanan
yang sebaiknya di hindari wanita hamil
Ibu hamil
sebaiknya menghindari atau membatasi konsumsi makanan dan minuman di bawah ini,
karena dapat beresiko terhadap kehamilan.
1. Daging
Daging sapi,
kambing, ikan yang dimasak kurang matang karena mengandung kuman seperti :
cacing, Salmonella dan E.coli, yang
berbahaya untuk janin.
2. Soft
drink
Kurangi
mengkonsumsi minuman ringan (Soft drink),
soft drink tetap menjadi minuman yang
sebaiknya tidak di konsumsi ibu hamil. Soft
drink yang kaya akan gula ini juga mengandung asam yang dapat menurunkan
jumlah zat besi dalam tubuh.
3. Keju
Hindari
jenis mould-ripened soft cheese (keju
lembut) seperti brie atau camember karena keju jenis ini dibuat dengan
menggunakan cetakan yang memungkinkannya mengandung bakteri listeria.
D.
Faktor-faktor
Penghambat Penyerapan Fe
1.
Faktor
Penghambat Penyerapan Fe
Seringnya
ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang menghambat penyerapan
zat besi seperti fitat, teh, kopi. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada
triwulan III karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk
dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
kadar Fe didalam tubuh antala lain adanya zat-zat penghambat penyerapan Fe
Yaitu :
a. Asam
Fitat.
Almatsier
(2003) mengemukakan bahwa asam fitat yang terdapat dalam gandum dan biji-bijian
lain.Meskipun jumlahnya sangat sedikit, fitat dapat mengurangi penyerapan zat
besi. Pengaruh penghambatan ini dapat dinetralkan dengan asam askorbat.
b. Kopi.
Salah satu
minuman berkafein yang dapat menghambat penyerapan zat besi adalah kopi, kopi
merupakan salah satu penghambat yang cukup penting dan tidak diragukan lagi
karena mengandung polifenol (Yulianasari, 2009).
c. Teh.
Sementara
menurut Orbayinah (2007) baik teh hijau maupun teh hitam mengandung katekin.
Keduanya berpotensi untuk menghambat penyerapan besi, perlu di ingat
bahwa teh juga mengandung kafein.
2.
Faktor
Infeksi Parasit
Infeksi
parasit adalah infeksi yang disebabkan dan ditularkan oleh parasit. Parasit
seringkali menetapkan target pada organ vital dan beberapa system dengan
mengubah fungsi tubuh yang normal. Pengenalan beberapa parasit yang ada dalam
anemia.
a. Cacingan
Kehilangan
zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti cacing tambang (Ancilostoma
dan Necator), Scistosoma dan mungkin Trichuris trichiura. Darah
yang hilang akibat infestasi cacing tambang bervariasi antara 2-100 cc/hari,
tergantung pada beratnya infestasi. Kisaran jumlah darah yang dihisap oleh Necator
americanus. Perkiraan jumlah cacing pada setiap orang yang terinfestasi
rata-rata 350 ekor. Jika jumlah zat besi dihitung berdasarkan banyaknya telur
cacing yang terdapat dalam tinja, jumlah zat besi yang hilang perseribu telur
adalah sekitar 0,8 mg (untuk Necator americanus) sampai 1,2 mg (untuk Ancylostoma
duodenale) sehari (Arisman, 2004).
b.
Malaria
Anemia
pada malaria terjadi karena lisis atau hancurnya sel darah merah yang
mengandung parasit. Manifestasi atau akibat yang paling sering ditimbullkan
pada orang yang terkena malaria adalah anemia baik itu pada saat infeksi
ataupun setelah infeksi. Bukti yang menyatakan bahwa malaria dapatmenyebabkan
anemia terdapat dalam beberapa mekanisme, yaitu kemungkinan
hambatan pada Iron Haemazoin Complexes (pigmen malaria), kehilangan zat
besi melalui urin, dan penurunan kemampuan absorbs zat besi selama periode akut
(Naiulun, 2011).
3.
Faktor
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan
akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap upaya pecegahan penyakit dan pemeliharaan
kesehatan seperti
imunisasi, penimbangan anak, penyuluhan
kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas dan
rumah sakit. Pelayanan kesehatan
adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan
preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. (Notoatmodjo, 2007). Ketersediaan pelayanan kesehatan,
dan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat
kesehatan masyarakat. Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau
mengatasi masalah kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok
masyarakat. Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat
terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa,
Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya (Depkes, 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar