Rabu, 19 Agustus 2015

KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


Kesehatan Reproduksi Remaja
a.      Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (WHO, 2008).
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial, yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dari sistem reproduksi wanita.  Pengetahuan kesehatan reproduksi sebaiknya  dilakukan sejak remaja, karena seseorang akan dapat mengenali kelainan  pada kesehatan reproduksinya sendini mungkin, terutama tentang menstruasi (Kinanti, 2009).
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Fauzi, 2008).
Pengertian kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. (denbagoesblogspot.blogspot.com di akses pada tanggal 17 Februari 2014)
Pengertian kesehatan reproduksi ini mencakup tentang hal-hal sebagai berikut: (denbagoesblogspot.blogspot.com di akses pada tanggal 17 Februari 2014)
1)      Hak seseorang untuk dapat memperoleh kehidupan seksual yang aman dan memuaskan serta mempunyai kapasitas untuk bereproduksi.
2)      Kebebasan untuk memutuskan bilamana atau seberapa banyak melakukannya.
3)      Hak dari laki-laki dan perempuan untuk memperoleh informasi serta memperoleh aksebilitas yang aman, efektif, terjangkau baik secara ekonomi maupun kultural.
4)      Hak untuk mendapatkan tingkat pelayanan kesehatan yang memadai sehingga perempuan mempunyai kesempatan untuk menjalani proses kehamilan secara aman.
5)      Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu :
a)      Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).
b)      Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb).
c)      Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi, dsb).
d)     Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, dsb)
b.      Konsep Seksualitas
Seksualitas adalah semua yang berhubungan dengan manusia sebagai makhluk sosial (emosi, kepribadian, sikap dll). Kata seksualitas berasal dari kata dasar seks yang memiliki beberapa arti :
1)      Jenis kelamin: manusia dibedakan secara biologis berdasarkan jenis kelaminnya yaitu laki-laki dan perempuan.
2)      Reproduksi seksual: bagian–bagian tubuh tertentu laki–laki maupun perempuan bisa menghasilkan bayi dengan kondisi–kondisi tertentu. Bagian tubuh tersebut adalah alat atau organ reproduksi. Organ reproduksi laki–laki dan perempuan berbeda karena memiliki fungsi yang berbeda.
3)      Organ reproduksi: organ reproduksi laki–laki dan perempuan terdiri atas organ bagian luar dan organ bagian dalam. Organ reproduksi perempuan antara lain vagina dan rahim, sedangkan organ reproduksi laki–laki antara lain penis dan testis.
4)      Rangsangan atau gairah seksual: rangsangan seksual dapat disebabkan perasaan tertarik (seperti magnet) sehingga terasa ada getaran aneh yang muncul dalam tubuh.
5)      Hubungan seks: hubungan seks terjadi bila dua individu saling merasa terangsang satu sama lain sampai organ seks satu sama lain saling bertemu dan terjadi penetrasi.
6)      Orientasi seksual adalah kecenderungan seseorang mencari pasangan seksualnya berdasarkan jenis kelamin, yaitu:
a)         Heteroseksual: tertarik pada jenis kelamin yang berbeda
b)          Homoseksual: tertarik pada jenis kelamin yang sama. Misal gay pada laki–laki dan lesbian pada perempuan.
c)         Biseksual: tertarik pada dua jenis kelamin
d)        Transeksual: tertarik pada sesama Janis yang mempunyai sifat bertolak belakang dari kondisi fisiknya.
c.       Kelainan perilaku seksual adalah kecenderungan seseorang untuk memperoleh kepuasan seksual melalui tingkah laku tertentu yaitu:
1)      Vayaurisme: memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip.
2)      Fetithisme: memperoleh kepuasan seksual dengan benda mati untuk merangsang.
3)      Sadisme: memperoleh kepuasan seksual dengan melukai dan menyiksa pasangannya.
4)      Machosisme: memperoleh kepuasan seksual dengan melukai diri sendiri.

2.      Remaja
a.      Pengertian Remaja
Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini. Secara psikologi masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama (Suryati, 2009).
Remaja atau “adolescence” (inggris), berasal dari bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologi (Widyatuti, 2009).
Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.
Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun.
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu:
1)        Masa remaja awal (10-12 tahun)
2)        Masa remaja tengah (13-15 tahun)
3)        Masa remaja akhir (16-19 tahun)
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh semasa (masa kini). Manakala usia pula diukur dari tarikh kejadian itu bermula sehinggalah tarikh semasa (masa kini).
Jenis perhitungan umur/usia adalah sebagai berikut:
1)        Usia kronologis
Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia.
2)        Usia mental
Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empat tahun akan tetapi masih merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia  satu tahun, maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun.

3)        Usia biologis
Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang.

Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009), adalah sebagai berikut:
1)      Masa balita: 0 - 5 tahun.
2)      Masa kanak-kanak: 5 - 11 tahun.
3)      Masa remaja Awal: 12 - 1 6 tahun.
4)      Masa remaja Akhir  : 17 - 25 tahun.
5)      Masa dewasa Awal : 26- 35 tahun.
6)      Masa dewasa Akhir: 36- 45 tahun.
7)      Masa Lansia Awal: 46- 55 tahun.
8)      Masa Lansia Akhir  : 56 - 65 tahun.
9)      Masa Manula: 65 - sampai atas.

Remaja pada umumnya didefenisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda (young people) yang mencakup 10-24 tahun. Sementara itu dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun. Masa remaja merupakan usia di mana individu berintegrasi dengan  masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat  orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama.  Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Pada perempuan sudah mulai terjadinya menstruasi dan pada laki-laki sudah  mulai mampu menghasilkan sperma (Hurlock, 2009; Proverawati & Misaroh, 2009).

b.      Perubahan-perubahan pada Fisik, Psikis, dan Psikologi pada Remaja
Perubahan  pada fisik, psikis, dan psikologi pada remaja menurut Romauli (2011), yaitu:
1)        Pria
(a)      Perubahan Fisik
Tinggi badan, berat badan, suara membesar, testis membesar, mimpi basah, ereksi/ejakulasi, kulit berminyak, tumbuh bulu pada alat kelamin dan ketiak, serta tumbuh jerawat.
(b)      Perubahan Psikologi
Tertarik pada lawan jenis, kecemasan, menonjolkan diri, sulit bersepakat, kurang pertimbangan, ingin mencoba-coba, mudah terpengaruh, dan susah dikendalikan.
2)        Wanita
(a)      Perubahan Fisik
Tinggi badan, berat badan, payudara membesar, panggul membesar, menstruasi, kulit berminyak, tumbuh bulu pada alat kelamin dan ketiak.
(b)      Perubahan Psikologi
Tertarik pada lawan jenis, cemas, mudah sedih, lebih perasa, menarik diri, pemalu, dan pemarah.

c.       Masalah-Masalah yang terjadi pada Remaja
1)        Perilaku Seksual pada Remaja
(a)       Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan prilaku seksual pada remaja (Romauli, 2011), adalah:
(1)        Perkembangan psikis
(2)        Fisik
(3)        Proses belajar
(4)        IPTEK
(5)        Sosiokultural
(b)       Beberapa aktifitas seksual pada remaja:
(1)   Masturbasi
Salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh para remaja. Masturbasi ini dilakukan sendiri-sendiri dan juga dilakukan secara mutual dengan teman sebaya sejenis kelamin, tetapi sebagian dari mereka juga melakukan masturbasi secara mutual dengan pacarnya.

(2)   Percumbuan, seks oral dan seks anal
Pola perilaku ini tidak saja dilakukan oleh pasangan suami istri, tetapi juga telah dilakukan oleh sebagian dari remaja.
(3)   Hubungan seksual
Faktor yang mempengaruhi:
a.       Waktu atau saat mengalami pubertas
b.      Frekuensi pertemuan dengan pacarnya
c.       Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar
d.      Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja yang baik
e.       Kurangnya kontrol dari orang tua.
(c)       Beberapa cara agar perilaku seksual pada remja tidak mengalami permasalahan:
(1)    Pendidikan seks secara holistik dan terpadu perlu diberikan kepada orang tua dan konselor.
(2)    Perlu adanya perubahan pemahaman masyarakat terhadap seksual yaitu pemahaman yang kaku menjadi fleksibel.
(3)    Kepedulian masyarakat terhadap seks yang aman dan sehat perlu ditingkatkan.



2)        Kehamilan remaja
Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas adalah terjadinya kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Ada dua hal yang dilakukan jika mengalami KTD, yaitu:
a)      Bila kehamilan dipertahankan
(1)   Risiko Fisik
Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti perdarahan, bahkan kematian.
(2)   Risiko Psikis atau psikologi
Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya.
(3)   Risiko Sosial
Salah satu risiko sosial adalah berhenti atau putus sekolah atau kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan.
(4)   Risiko Ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi atau anak membutuhkan biaya besar.
b)      Bila kehamilan diakhiri (aborsi)
(1)   Risiko fisik
Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi. Aborsi berulang selain bisa menyebabkan komplikasi juga bisa menyebabkan kemandulan. Aborsi yang dilakukan tidak aman dapat menyebabkan kematian.
(2)   Risiko psikologi
Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan takut, panik, stres, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan.
(3)   Risiko sosial
Ketergantungan pada pasangan seringkali lebih besar karena perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami KTD dan aborsi.
(4)   Risiko ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya semakin tinggi.

3.      Penyakit Menular Seksual
a.      Pengertian Penyakit Menular Seksual
Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga venereal, berasal dari kata venus, yaitu dewi cinta dari romawi kuno. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual yang sebelumnya telah terjangkit salah satu penyakit ini. (Dianawati, 2003)
Penyakit Menular Seksual yang biasa disebut Infeksi Menular Seksual atau penyakit kelamin adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.  Kebanyakan PMS dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara penis, vagina, anus dan/atau mulut. (Smith, 2005)
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau Penyakit Kelamin (venereal diseases) telah lama dikenal dan beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia, yaitu sifilis dan kencing nanah. Dengan semakin majunya peradaban dan ilmu pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru, dan istilah venereal diseases berubah menjadi sexually transmitted diseases atau infeksi menular seksual atau IMS. (Somelus, 2008)

b.      Penyebab Penularan Penyakit Menular Seksual
Salah satu akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas seks yang kurang sehat adalah munculnya penyakit menular seksual. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang sebelumnya sudah terkena penyakit ini. (Dianawati, 2003).
Selain itu, terdapat rentang keintiman kontak tubuh yang dapat menularkan PMS termasuk ciuman, hubungan seksual, hubungan seksual melalui anus, kunilingus, anilingus, felasio, dan kontak mulut atau genital dengan payudara. (Benson and Pernoll, 2009)




Menurut Somelus (2008), Cara lain seseorang dapat tertular PMS juga melalui :
1.  Darah
Dari tansfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama, atau benda tajam lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan obat atau membuat tato.
2.  Ibu hamil kepada bayinya
Penularan selama kehamilan, selama proses kelahiran. Setelah lahir, HIV bisa menular melalui menyusui.
3.      Herpes dapat menular melalui sentuhan karena penyakit herpes ini biasanya terdapat luka-luka yang dapat menular bila kita tersentuh, memakai handuk yang lembab yang dipakai oleh orang penderita herpes.
4.      Tato dan tindik Pembuatan tato di badan, tindik, atau penggunaan narkoba memberi sumbangan besar dalam penularan HIV/AIDS. Sejak 2001, pemakaian jarum suntik yang tidak aman menduduki angka lebih dari 51% cara penularan HIV/AIDS.

c.       Orang-Orang Yang Beresiko Tinggi
Setiap orang bisa tertular IMS. Orang yang paling berisiko terkena PMS adalah orang yang suka berganti pasangan seksual dan orang yang walaupun setia pada satu pasangan namun pasangan tersebut suka berganti-ganti pasangan seksual. Kebanyakan yang terkena IMS berusia 15–29 tahun, tapi ada pula bayi yang lahir membawa IMS karena tertular dari ibunya. (http://somelus.wordpress.com)
Menurut Pranata (2010), yang tergolong kelompok resiko tinggi terkena PMS adalah :
1)      Usia
a)      20–34 tahun pada laki–laki
b)      16–24 tahun pada wanita
c)      20–24 tahun pada kedua jenis kelamin
2)      Pelancong
3)      Pekerja seksual komersial atau wanita tuna susila
4)      Pecandu narkotik
5)      Homoseksual  

d.      Jenis-Jenis Penyakit Menular Seksual
1)      Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Organisme dan Bakteri
a)      HIV
HIV adalah singkatan dari Human immunodeficiency Virus. Infeksi akut dilaporkan dapat menyebabkan suatu sindrom menyerupai mononucleosis dengan gejala demam, malaise, nyeri otot, nyeri kepala, kelelahan, ruam generalisata, sakit tenggorokan, limfadenopati, dan lesi mukokutan yang khas.
Salah satu kesulitan mengenali infeksi Human Immunideficiency Virus (HIV) adalah masa laten tanpa gejala lama, antara 2 bulan hingga 5 tahun. Umur rata-rata saat diagnosis infeksi Human Immunideficiency Virus (HIV) ditegakkan adalah 35 tahun. (Benson and Pernoll, 2009)
b)      Gonorea
Gonorea merupakan penyakit menular yang paling sering di jumpai di berbagai Negara yang lebih maju. Rerata di Negara-negara ini adalah 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Negara yang kurang maju. (Linda, 2008)
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu akan menyerang selaput lendir mulut, mata, anus, dan beberapa bagian organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini dinamakan gonococcus. Kokus gram negative yang menyebabkan penyakit ini yaitu Neisseria Gonorrhoeae. (Dianawati, 2003)
Gejala Klinis Gonorhea yaitu :
(1)         Pria :
Duh tubuh uretra, kental, putih kekuningan atau kuning
(2)         Wanita :
Seringkali tanpa gejala, bila ada duh tubuh putih atau kuning terutama di daerah mulut rahim sehingga perlu pemeriksaan dalam. (Depkes RI, 2008).
Konsekwensi kesehatan yang paling penting akibat infeksi gonorrhea adalah kerusakan tuba fallopi yang berkaitan dengan predisposisi terjadinya kehamilan ektopik (tuba) dan infertilitas. (Linda, 2008)
c)      Sifilis
Sifilis dikenal juga dengan sebutan “raja singa”. Penyakit ini sangat berbahaya. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adalah kuman treponema pallidum. Kuman ini menyerang organ-organ penting tubuh lainnya seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut. (Dianawati, 2003)
Gejala umum yang timbul pada sifilis yaitu adanya luka atau koreng, jumlah biasanya satu, bulat atau, lonjong, dasar bersih, teraba kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri pada penekanan. Kelenjar getah bening di lipat paha bagian dalam membesar, kenyal, juga tidak nyeri pada penekanan. (Depkes RI, 2008).
Untuk gejala yang lebih khusus, Dianawati 2003 menuliskan bahwa penularan dan gejala yang yang terlihat terbagi dalam 3 tingkatan, dan setiap tingkatan berbeda-beda, yaitu:


(1)      Tingkat I
(a)    Penularannya sudah terdeteksi sekitar 10-90 hari setelah melakukan hubungan seksual.
(b)   Gejala yang terlihat adalah adanya luka kecil bernanah disertai rasa sakit yang amat sangat, selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening yang mengeras disekitar luka, seperti dilipatan paha.
(2)      Tingkat II
(a)       Terjadi sekitar 40 hari setelah masuk pada tingkat 1.
(b)      Gejala yang terlihat adalah adanya luka-luka kecil berwarna merah di sekitar permukaan kulit, dari kulit kepala hingga telapak tangan dan kaki. Luka-luka ini timbul karena kuman telah menyebar melalui peredaran darah.
(c)       Gejala lainnya adalah keluhan sakit tenggorokan, punsing, lesu, nyeri otot, terjadi kerontokan rambut, dan kulit kepala terasa gatal.
(3)      Tingkat III
(a)       Terjadi setelah 10-15 tahun kemudian.
(b)      Gejalanya antara lain ditemukan benjolan-benjolan pada bagian tubuh yang terserang. Pada anhirnya bernjolan tersebut melunak dan pecah sehingga mengeluarkan cairan. Bagian tubuh yang terserang akan mengalami kerusakan. Jika kuman mulai menyerang otak, orang yang terserang akan mengalami gangguan kejiwaan atau gila. Jika yang diserang bagian sumsum tulang belakang, niscaya orang tersebut akan mengalami kelumpuhan, kemunduran kerja jantung, dan kerusakan jaringan susunan saraf, serta masih banyak lagi kerusakan-kerusakan lainnya. Begitu seterusnya, karena kuman-kuman tadi dapat menyerang bagian tubuh manapun tanpa memandang siapa orangnya. Resiko paling fatal penyakit ini dapat mengakibatkan kematian.
(c)       Perempuan yang hamil bisa saja terserang penyakit ini, sehingga bayi yang akan lahir mengalami kelumpuhan fisik dan mental, itupun jika mereka dapat bertahan hidup. Biasanya, bayi-bayi ini akan meninggal dalam kandungan jika kuman menyerang uterus. Kalaupun bisa lahir, bayi-bayi ini meninggal seminggu setelah kelahirannya. Sayangnya, obat untuk menyelamatkan para bayi yang terserang penyakit ini sampai sekarang belum ada.
d)     Vaginitis
Vaginitis adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi atau peradangan vagina. Vaginitis biasanya ditandai dengan adanya cairan berbau kurang enak yang keluar dari vagina. Gejala lain adalah gatal atau iritasi di daerah kemaluan dan perih sewaktu kencing. Beberapa kasus vaginitis disebabkan oleh reaksi alergi atau kepekaan terhadap bahan kimia. Umumnya disebabkan oleh kuman yang ditularkan secara seksual atau yang tadinya menetap di vagina dan menjadi ganas karena gangguan keseimbangan di dalam vagina (Hutapea, 2003).
e)      Klamidia
Klamidia berasal dari kata Chlamydia, sejenis organisme mikroskopik yang dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim, saluran indung telur, dan dan saluran kencing. Gejala yang banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya cairan dari vagina yang berwarna kuning, disertai rasa panas seperti terbakar ketika kencing. Karena organisme ini dapat menetap selama bertahun-tahun dalam tubuh seseorang. Ia juga akan merusak organ reproduksi penderita dengan atau tanpa merasakan gejala apa pun. (Dianawati, 2003)
f)       Candidiasis
Merupakan infeksi pada muara dan saluran vagina yang paling sering terjadi oleh karena sejenis ragi.  Pada kenyataannya kuman Candida Albicans ini hidup pada selaput lendir dari sebagian besar orang yang sehat dan tentunya merupakan kuman yang umum ditemukan dalam vagina.  Sebutan nama candida sebagai penyakit menular seksual masih baru, namun demikian semakin bertambah bukti adanya penularan melalui hubungan seks. (Rosari, 2006)
Penyakit ini biasa juga disebut sebagai infeksi ragi. Sebenarnya, dalam vagina terdapat berjuta-juta ragi. Meskipun tidak akan menimbulkan masalah, karena ragi berkembang terlalu pesat, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan infeksi. Gejala yang dapat terlihat pada perempuan adalah keluarnya cairan kental berwarna putih disertai dengan pembengkakan dan gatal-gatal pada vagina. Pada laki-laki, infeksi ini dapat menyebabkan rasa panas, seperti terbakar dan gatal pada saluran kencingnya.  (Dianawati, 2003)
g)      Chancroid
Penyakit ini diawali dengan benjolan-benjolan kecil yang muncul disekitar genetalia atau anus, 4-5 hari setelah kontak dengan penderita. Benjolan itu akhirnya akan terbuka dan mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Borok chancroid pada pria biasanya sangat menyakitkan, sedangkan pada wanita tidak menimbulkan rasa sakit (Rosari, 2006)
Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan menyebabkan luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar kearah pubik dan kelamin. (Dianawati, 2003)
h)      Granula inguinale
Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian yang terserang biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah membentuk jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap selanjutnya akan terjadi pembesaran yang bersifat permanen atau terlihat sesekali pada penis, klitoris, dan kandung pelir. Penderita bisa kehilangan berat badan, kemudian meninggal dunia.  Penyakit ini tidak memperlihatkan gejala-gejala awal, Memasuki masa 3 bulan, barulah terlihat adanya infeksi yang sangat berbahaya dan dapat ditularkan kepada orang lain. (Dianawati, 2003)
2)      Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Virus
a)      Herpes
Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus herpes simpleks. Virus herpes terbagi 2 macam, yaitu herpes 1 dan herpes 2. Perbedaan diantaranya adalah kebagian mana virus tersebut menyerang. Herpes 1 menyerang dan menginfeksi bagian mulut dan bibir, sedangkar herpes 2 atau disebut genital herpes menyerang dan menginfeksi bagian seksual (penis atau vagina). (Dianawati, 2003)
Gejala klinis herpes ini yaitu :
(1)         Herpes Genital Pertama.
Diawali dengan bintil-lentingan-luka/erosi berkelompok, di atas dasar kemerahan, sangat nyeri, pembesaran kelenjar lipat paha, kenyal, dan disertai gejala sistemik
(2)         Herpes Genital Kambuhan
Timbul bila ada factor pencetus (daya tahan menurun, faktor stress pikiran, senggama berlebihan, kelelahan dan lain-lain). Umumnya lesi tidak sebanyak dan seberat pada lesi primer. (Depkes, 2008)
Virus herpes ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diobati. Obat yang biasa diberikan untuk genital herpes adalah Acyclovir. Karena cara kerjanya menetap dalam system saraf tubuh, virus tersebut tidak dapat disembuhkan atau dihilangkan selama-lamanya. (Dianawati, 2003)
b)      Viral Hepatitis
Terdapat sejumlah jenis radang hati atau hepatitis. Penyebabnya adalah virus dan sering ditularkan secara seksual. Jenis yang terutama adalah hepatitis A, B, C dan D. (Hutapea, 2003).
c)      Lymphogranuloma venereum
Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus dan dapat mempengaruhi seluruh organ tubuh. Penyakit ini sangat berbahaya karena antibiotic tidak dapat menanggulanginya. Gejala awalnya berupa luka kecil yang tidak biasa terjadi di sekitar organ seksual selama 3 minggu. Dua minggu kemudian, luka tersebut membengkak sebesar telur yang menyebar di bagian pangkal paha. Perubahan lain yang timbul akan semakin bertambah parah seperti penderita akan mengalami kelumpuhan jika infeksi mulai menyebar melalui kelenjar getah bening (pangkal paha) menuju anus. (Dianawati, 2003)

3)      Penyakit Menular Seksual Yang Disebabkan Oleh Parasit
a)      Trichomoniasis
Trichomoniasis atau trich adalah suatu infeksi vagina yang disebabkan oleh suatu parasit atau suatu protozoa (hewan bersel tunggal) yang disebut trichomonas vaginalis. Gejalanya meliputi perasaan gatal dan terbakar di daerah kemaluan, disertai dengan keluarnya cairan berwarna putih seperti busa atau juga kuning kehijauan yang berbau busuk. Sewaktu bersetubuh atau kencing sering terasa agak nyeri di vagina. Namun sekitar 50% dari wanita yang mengidapnya tidak menunjukkan gejala apa-apa
b)      Pediculosis
Pediculosis adalah terdapatnya kutu pada bulu-bulu di daerah kemaluan. Kutu pubis ini diberi julukan crabs karena bentuknya yang mirip kepiting seperti di bawah mikroskop. Parasit ini juga dapat dilihat dengan mata telanjang. Parasit ini menempel pada rambut dan dapat hidup dengan cara mengisap darah, sehingga menimbulkan gatal-gatal. Masa hidupnya singkat, hanya sekitar satu bulan. Tetapi kutu ini dapat tumbuh subur dan bertelur berkali-kali sebelum mati (Hutapea, 2003).


4.      Perilaku
a.         Pengertian perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
1)      Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2)      Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

b.         Klasifikasi perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003), adalah suatu respon seseorang atau organisme terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1)      Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Perilaku ini adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2)      Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3)      Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku ini adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.

c.          Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (cognitive domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psichomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari:
1)      Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang:
a)      Faktor Internal: faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik.
b)      Faktor Eksternal: faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
c)      Faktor pendekatan belajar: faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.

Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005), untuk memperoleh pengetahuan ada berbagai cara, yaitu:
a)      Cara Tradisional
(1)      Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
(2)      Cara Kekuasaan atau Otoritas
Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
(3)      Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
(4)      Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara manusia berpikir ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan induksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.
b)      Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

2)      Sikap
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok.
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isue (petty, cocopio,1986 dalam Azwar S, 2000 dalam Wawan, 2011).
Sikap atau attitude digunakan untuk menunjuk status mental individu.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok:
a)      Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b)      Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c)      Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Menurut Baron dan Byrne juga Myers dan Gerungan dalam Wawan (2011) menyatakan bahwa ada 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu :
1)    Kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap.
2)    Afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arak sikap, yaitu positif dan negatif.
3)   Konatif (komponen perilaku atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan:
a)      Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b)      Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c)      Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d)     Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. 
3)      Praktik atau tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a)      Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b)      Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c)      Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.
d)     Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. 
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1)      Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2)      Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3)      Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4)      Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5)      Menerima (adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.



d.         Asumsi Determinan Perilaku
Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya.
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain :
1)      Model Precede
Green (1980) mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
b)      Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
c)      Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
d)     Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 
2)      Model Intentiri
Kar (1983), mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :
a)      Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention).
b)      Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
c)      Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information).
d)     Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy).
e)      Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation). 
3)      Model WHO
WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :
a)      Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
(1)      Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
(2)      Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
(3)      Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
b)      Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
c)      Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
d)     Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).

5.      Seks Bebas 
a.      Pengertian seks bebas
Seksualitas adalah bagaimana orang merasakan dan mengekspresikan sifat dasar dan ciri-ciri seksualnya yang khusus. Menjadi seksual dimulai dengan beberapa perubahan pubertas selama masa remaja dan dilanjutkan seluruhnya dalam kehidupan dewasa. Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan laki-laki dan perempuan tanpa adanya perkawinan (Nugraha, 2006).

b.      Penyebab terjadinya seks bebas
Menurut Kencana (2010), ada 5 faktor penyebab seks bebas yaitu:
1)        Meningkatnya libido seksualitas
Remaja mengalami perubahan-perubahan fisik dan peran sosial yang terjadi pada dirinya. Di dalam upaya mengisi peran sosialnya, seorang remaja mendapat motivasinya dari meningkatkan energi seksual atau libido. Menurut Anna Freud, fokus utama dari energi seksual ini adalah perasaan-perasaan di sekitar alat kelamin, objek-objek dan tujuan seksual.


2)        Penundaan usia perkawinan
Penundaan usia perkawinan terjadi karena banyak hal, salah satunya adalah karena kecenderungan masyarakat untuk meningkatkan taraf pendidikan. Dan juga dengan adanya Undang-Undang No. 1974 tentang perkawinan pasal 7 ayat 1 yang menyatakan bahwa usia pria saat menikah harus sudah mencapai 19 tahun sedangkan wanita mencapai umur 16 tahun.
3)        Tabu-larangan
Seks dianggap bersumber pada dorongan-dorongan naluri yang bertentangan dengan dorongan “moral” sehingga menyebabkan remaja pada umunya tidak mau mengakui aktivitas seksualnya dan sangat sulit diajak berdiskusi tentang seks.
4)        Kurangnya informasi tentang seks
Pada umumnya remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks akan salah mengartikan tentang seks. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang seks dari orang tua sehingga mereka berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat.
5)        Pergaulan yang makin bebas
Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya di kota-kota besar. Hal ini sangat mengkhawatirkan apalagi jika kurangnya pemantauan dari orang tua (Kencana, Ridha Bakti. 2011)



c.       Prilaku seks yang menyimpang
Adapun perilaku seks menyimpang adalah sebagai berikut (Windy, 2006):
1)        French Kiss, yaitu berciuman dengan bibir dan mulut terbuka dan termasuk menggunakan lidah.
2)      Hickey, yaitu menghisap atau menggigit pasangan dengan gemes sehingga menyebabkan sebuah tanda merah atau memar.
3)      Necking, yaitu ciuman serta pelukan yang lebih mendalam.
4)      Petting, yaitu langkah yang lebih mendalam dari necking, yaitu termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki dan kadang-kadang kemaluan baik dengan berpakaian ataupun tanpa berpakaian.
5)      Foreplay, yaitu merangsang secara seksual melalui ciuman, necking, dan petting dalam persiapan untuk melakukan hubungan intim.
6)      Hubungan intim, yaitu bersatunya dua orang secara seksual, dimana penis laki-laki yang ereksi masuk ke dalam vagina perempuan (Windy, 2006)

d.      Dampak seks bebas
Menurut Notoatmodjo (2007), dampak seks bebas pada remaja dalam Puspitasari (2012), yaitu:
1)        Hamil yang tidak dikehendaki
Merupakan salah satu akibat dari prilaku seksual remaja. Hamil yang tidak dikehendaki membawa dampak dua pilihan pada remaja yaitu melanjutkan kehamilan atau menggugurkanmnya.
2)        Penyakit Menular Seksual
Dampak lain dari prilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS. Sering kali remaja melakukan hubungan seksual yang tidak aman dan berganti-ganti pasangan membuat remaja semakin rentan terhadap PMS.
3)        Psikologis
Dampak lain dari prilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Kehamilan muda dapat mempengaruhi psikologis antara lain penerimaan kehamilan yang belum siap, merasa tersisih dari pergaulan dan belum mampu membawa diri.

e.       Solusi untuk permasalahan seks bebas
Jalan keluar (solusi) permasalahn seks bebas memerlukan keprihatinan keluarga, sekolah, dan masyarakat termasuk pemerintah. Semua pihak hendaknya mempunyai pandangan yang sama terhadap masa depan remaja, tujuan akhir adalah agar remaja dapat mengatakan “say no to drugs and free sex (Hawari, 2009).
Yang tidak kalah pentingnya adalah baik orang tua dirumah maupun orang tua sebagai anggota masyarakat, terutama pemerintah hendaknya tidak menyediakan tempat-tempat yang dapat digunakan orang untuk berduaan (pacaran). Hubungan seksual di luar nikah hendaknya dicegah agar tidak terjadi komplikasi dikemudian hari. Misalnya, kehamilan diluar nikah, aborsi, anak yang dilahirkan diluar nikah, penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS dan problem psikologi lainnya.
Menurut Manuaba (2009), untuk upaya prefentif menghadapi masalah seks dan penyakit hubungan seksual yaitu:
1.    Pada kasus penyakit hubungan seksual diharapkan dapat memberi pengobatan radikal untyuk kesembuhan sehingga menyelamatkan alat reproduksi remaja.
2.    Menghindari kehamilan yaang tidak dikehendaki dapat menggunakan salah satu metode KB yang aman dan bersih.
3.    Meningkatkan aktivitas remaja ke dalam program produktif, sehingga tidak banyak waktu terbuang diluar rumah.
4.    Meningkatkan pengetahuan remaja tentang seksual.

6.      Kontrasepsi KB
a.      Pengertian Kontrasepsi KB
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi, dengan menggunakan alat  atau  obat–obatan.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan, upaya itu dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanent
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan, sebagai  akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma  tersebut.             
b.      Cara Kerja Kontrasepsi KB
Menurut  Prawirohardjo (2002), tentang cara kerja kontrasepsi dibedakan menjadi 3 yaitu :
1)      Mengusakan agar tidak terjadi ovulasi.
2)      Melumpuhkan sperma
3)      Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.

c.       Pembagian Cara Kontrasepsi KB
Pada umumnya cara/metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi :
1)      Metode Sederhana
a)      Tanpa alat / obat
Misalnya : Senggama terputus , pantang berkala , system suhu basal, perpanjangan masa laktasi dan pembilasan masa senggama.
b)      Dengan alat/obat
Misalnya : Kondom, diafragma/ cap. Spermatisid, crem, jelly dan cairan berbusa dan tablet berbusa (Vaginal tablet)
2)      Metode Efektif
a)      Suntikan KB :
Depoprovera yang mengandung medroxy progesterone acetate  150 mgr.
Cyclofem yang mengandung medroxy progesterone acetate 50 mgr dan komponen estrogen.
b)      Susuk KB (implant): Setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mgr levonorgestrel.
c)      Pil KB: Progesteron only pil, Pil KB kombinasi  mengandung hormone estrogen dan progesterone.
d)     IUD/AKDR (copper T, Medusa, Seven copper)
3)      Metode Kontrasepsi Mantap :
a)      Tobektomi pada Wanita
b)      Vasektomi pada Pria

d.      Jenis Kontrasepsi KB
1)        Metode Alami 
a)      Koitus Interuptus (Sanggama Terputus)
Metode ini dapat mencegah terjadinya pembuahan yang berujung pada kehamilan. 
(1)   Pengertian
Coitus Interruptus dapat diartikan sebagai senggama terputus atau dalam artian penis dikeluarkan dari vagina sesaat seblum ejakulasi terjadi. Membutuhkan partisipasi yang besar dari pasangan Anda.
(2)   Cara kerja
Dengan cara ini diharapkan cairan sperma tidak akan masuk kedalam rahim serta mengecilkan kemungkinan bertemunya sperma dengan sel telur yang dapat mengakibatkan terjadinya pembuahan.
(3)   Keuntungan: Murah, tidak perlu repot-repot datang ke tenaga kesehatan, bisa digunakan oleh ibu yang mempunyai tekanan darah tinggi
(4)   Kerugian: faktor kegagalan cukup tinggi jika pasangan tidak bisa bekerja sama dengan baik

b)     Sistem Kelender
Metode ini disebut juga dengan The Rhythm Method. Jika cara ini jadi pilihan maka pengetahuan kita tentang masa subur atau fertility awareness harus tinggi. kita harus mengetahui dengan tepat masa subur atau saat yang paling memungkinkan kita mengalami kehamilan. 
Bila kita emang ingin menunda kehamilan, maka pada saat tubuh memasuki masa subur tundalah keinginan berhubungan intim dengan pasangan. Atau kita tetap melakukan hubungan seksual tapi menggunakan kondom, dianjurkan untuk memperhatikan terlebih dahulu siklus mentruasi kita selama 3 bulan kalau perlu 6 bulan guna mendapatkan perhitungan waktu siklus mentruasi yang tepat, secara umum masa "aman" seorang wanita adalah 2 hari setelah mentruasi hingga 20 hari menjelang mentruasi berikutnya buat yang memiliki siklus haid pendek.
Jika siklus menstruasi kita panjang, maka masa "aman" 2 hari setelah haid hingga 16 hari menjelang menstruasi yang akan datang. 
Namun perlu di ingat sebenarnya masa subur sangat sulit ditebak dengan pasti jadi masih ada kemungkinan Anda mengalami "kebobolan"

c)      Metode Amenore Laktasi
(1)     Pengertian
Metode kontrasepsi yang digunakan dengan cara menyusui bayinya secara eksklusif selama 6 bln tanpa tambahan makanan apapun dengan syarat ibu belum kembali kesuburannya (menstruasi)
(2)     Efektifitas
Efektifitas MAL mencapai 98%
(3)     Cara Kerja
Cara kerja dari MAL yaitu menghambat ovulasi
(4)     Syarat yang boleh menggunakan MAL
(a)    Klien yang belum mendapatkan haid setelah melahirkan
(b)   Umur bayi kurang dari 6 bulan
(c)    Menyusui Eksklusif
(5)     Keuntungan
(a)    Murah
(b)   Tidak perlu repot-repot datang ke tenaga kesehatan
(c)    Tidak mengganggu hubungan seksual
(d)   Tidak mengganggu produksi ASI
(6)     Kerugian
(a)    Tidak bisa digunakan bila klien bekerja / berpisah dengan bayinya lebih dari 6 jam
(b)   Tidak bisa mencegah dari PMS (Penyakit Menular Seksual)

2)        Metode Perlindungan (Barrier) 
a)      Kondom
(1)   Pengertian
Kondom digunakan pada fenis pria untuk mencegah sperma bertemu sel telur ketika terjadi ejakulasi.
(2)   Efektivitas
Penggunaan kondom cukup efektif selama digunakan secara tepat dan benar. 
(3)   Cara Kerja
Mencegah masuknya sperma ke alat kelamin wanita sampai ke ovum
(4)   Keuntungan:
Mudah digunakan, tidak membutuhkan bantuan medis untuk memakai, bisa menlindungi dari PMS, mudah didapat, tidak Merepotkan
(5)   Kerugian:
Kegagalan terjadi jika kondom bocor, robek
(6)   Efek Samping: Kondom dapat tertinggal di dalam alat kelamin ibu, ibu bisa mengeluh keputihan yang banyak dan berbau, terjadi infeksi ringan

b)     Spermisida 
(1)   Pengertian
Bahan atau substansi yang dapat me-non-aktifkan sperma sebelum sperma masuk ke rongga rahim.
Sediaannya ada dalam berbagai bentuk : cream, gel, busa, film, suppositoria dan tablet. Umumnya mengandung bahan kimia yang dinamakan nonoxynol-9, yang bisa membunuh sperma.
(2)   Cara kerja
Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah, memperlambat motilitas sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur
(3)   Efektitas
Efektifitasnya jika dipakai tanpa kombinasi sekitar 71 %, artinya dari 100, yang gagal (menjadi hamil) sekitar 29% dalam pemakaiannya selama setahun.
(4)   Efek Samping
Iritasi vagina oleh spermatisida dapat meningkatkan risiko penyakit menular seksual dan dapat menyebabkan infeksi di saluran kencing dan vagina.

c)      Vagina Diafragma / Kap serviks ( cervical cap)
(1)   Pengertian
Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama. 
(2)   Cara Kerja
Diafragma atau cervical cap berguna untuk menutupi uterus sehingga mencegah sperma membuahi sel telur
(3)   Efektifitas
Efektifitasnya alat kontrasepsi ini bisa menurun bila terlalu cepat dilepas kurang dari 8 jam setelah senggama.
(4)   Keuntungan
Tidak mengganggu produksi ASI dan Bisa menghambat keluarnya darah haid
(5)   Kerugian
Mahal, kegagalan tinggi, harus ke tenaga kesehatan,tidak nyaman
(6)   Efek samping
Resiko infeksi tinggi
d)     IUD (Intrauterine Device) = AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) 
(1)   Pengertian
Teknik kontrasepsi ini adalah dengan cara memasukkan alat yang terbuat dari tembaga kedalam rahim.
(2)   Cara Kerja
Menimbulkan reaksi keradangan lokal dalam endometrium kavum uteri sehingga menghambat terjadinya penempelan sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim dan IUD diduga juga menghambat motilitas tuba sehingga memaksa sperma "berenang" melawan arus.
(3)   Efektifitas
Efektivitasnya bisa mencapai 98%, layaknya seperti pil, IUD juga mudah mengembalikan kesuburan Anda.
(4)   Keuntungan
Bisa digunakan untuk metode jangka panjang, bisa digunakan untuk klien yang mempunyai tekanan darah tinggi dan tidak mengganggu produksi ASI
(5)   Kerugian
Mengganggu hubungan seksual, harus datang ke tenaga kesehatan untuk memasang, melepas, dan control, mahal, tidak bsa mencegah darib PMS
(6)   Efek Samping
Amenorhea, spoting / perdarahan bercak dan nyeri



3)        Metode Hormonal
a)   Pil KB
(1)      Jenis pil dan Pengertian
(a)      Minipil yaitu alat kontrasepsi jenis pil yang hanya mengandung hormon progesteron. Pil ini cocok untuk ibu menyusui.
(b)      Pil Kombinasi yaitu alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron.
(2)      Cara Kerja
(a)      Mencegah pelepasan sel telur
(b)     Mengentalkan lendir sehingga sperma sulit bertemu dengan sel telur
(3)      Efektifitas
Pil ini mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi (99%) bila digunakan dengan tepat dan secara teratur. 
(4)      Keuntungan
(a)      Tidak mengganggu hubungan seksual
(b)     Kesuburan cepat kembali
(c)      Membuat menstruasi teratur, 
(d)     Mengurangi kram atau sakit saat menstruasi. 
(5)      Kerugian
(a)    Bisa menambah/mengurangi berat badan
(b)   Harus selalu mengingat-ingat minum pil
(c)    Tidak bisa mencegah dari PMS
(6)      Efek Samping
(a)    Mual, muntah
(b)   Amenorhea
(c)    Spotting

b)   Suntik KB
(1)      Pengertian
Alat kontrasepsi suntik yang hanya mengandung hormon progesteron yan di berikan setian 3 bulan sekali / 12 minggu sekali.
(2)      Cara Kerja
(a)      Mencegah pelepasan sel telur
(b)     Mengentalkan lendir sehingga sperma sulit bertemu dengan sel telur
(3)      Efektifitas
Efektifitasnya tinggi sekitar 99% bila digunakan secara teratur
(4)      Keuntungan
(a)      Tidak mengganggu hubungan seksual
(b)     Tidak mengganggu produksi ASI
(c)      Cocok digunakan bagi klien yang pelupa (lupa minum pil)
(5)      Kerugian
(a)      Kesuburan lama kembali
(b)     Tidak melindungi dari PMS
(c)      Tidak boleh digunakan untuk wanita perokok
(d)     Kegemukan
(6)      Efek Samping
(a)      Amenorhea
(b)     Spotting

c)    Susuk KB Implant/susuk KB
(1)   Pengertian
Alat kontrasepsi dengan cara memasukkan tabung kecil di bawah kulit pada bagian tangan yang dilakukan oleh dokter Anda.
(2)   Cara Kerja
(a)      Mengentalkan lendir serviks
(b)     Mengurangi proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
(c)      Menekan ovulasi
(3)   Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)
(4)   Jenis Implan
(a)      Norplant : terdiri dari 6 batang dan lama kerja 5 tahun
(b)     Implanont : terdiri dari 1 batang lama kerja 3 tahun
(c)      Indoplant dan Jadena : terdiri dari 2 batang dengan lama kerja 3 tahun.
(5)   Keuntungan
(a)      Daya guna tinggi
(b)     Perlindungan jangka panjang
(c)      Kesuburan cepat kembali
(d)     Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
(6)   Kerugian
(a)    Membutuhkan tindakan insisi
(b)   Tidak melindungi dari PMS
(c)    Tidak dapat menghentikan pemakaian sendiri
(7)   Efek Samping
(a)    Amenorhea
(b)   Spotting
(c)    Ekspulsi
(d)   Infeksi pada daerah insisi

4)        Metode Kontrasepsi Permanen (Kontrasepsi Mantap=Kontap)
a)      Sterilisasi
(1)     Pengertian
Saluran telur pada wanita disumbat dengan cara diikat, dipotong atau dilaser. 
Sterilisasi pada wanita ini juga bisa dilakukan dengan pengangkatan rahim.
(2)     Cara kontrasepsi ini bersifat permanent.
Sedangkan pada kaum pria, sterilisasi dilakukan dengan cara memotong saluran sperma. 
Jika kita ingin jalani kontrasepsi ini, sebaiknya usia anak bungsu Anda telah melewati masa balita. hal ini sekedar berjaga-jaga jika suatu saat Anda masih berniat untuk hamil kembali.

7.      Determinan sikap mahasiswa tentang penggunaan alat kontrasepsi
a.         Pengetahuan
Pendapat dari WHO (1992) bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, buku, dan media masa.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, 2003 Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2005), Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman.
Sementara itu dalam kamus umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta (2006), di jelaskan bahwa pengetahuan adalah hal mengetahui sesuatu, segala sesuatu yang diketahui dan atau kepandaian.
Kemungkinan masih rendahnya penggunaan kondom adalah karena adanya pandangan negatif soal kondom. Kondom sering kali disebut sebagai alat pencegah infeksi menular seksual (IMS). Padahal penggunaan kondom ini sangat baik sebagai alat kontrasepsi. Pengetahuan masyarakat, bahkan intelektual seperti mahasiswa tentang alat kontrasepsi juga masih sangat rendah. (http://www.republika.co.id)
Salah satu survey cepat terakhir yang dilakukan di UMJ saat dilaksanakan seminar dalam rangka Hari Kontrasepsi Sedunia tahun 2012 menunjukkan, hampir 70 persen mahasiswa tidak tahu bahwa kondom yang dipakai secara tepat efektivitasnya lebih tinggi dari pada pil KB. (http://www.republika.co.id)
Pembinaan bagi remaja bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan prilaku hidup sehat bagi remaja, disamping menangani masalah yang ada. Pembekalan pengatahuan yang diperlukan remaja meliputi:
1)      Perkembangan fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual remaja
Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya. Informasi tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan, serta tentang kontrasepsi perlu diperoleh setiap remaja.
2)      Proses reproduksi yang bertanggung jawab manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan naluri seksualnya dan menyalurkannya menjadi kegiatan yang positif, seperti olahraga, dan mengembangkan hobi yang membangun.
3)      Pergaulan yang sehat Remaja memerlukan pembekalan tentang kiat-kiat untuk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual dan penggunaan NAPZA.
4)      Persiapan Pra nikah Diperlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan keluarga.
5)      Kehamilan dan persalinan serta cara pencegahannya Agar masa transisi seksual dari anak menjadi dewasa berhasil, para remaja perlu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pada beberapa area penting dalam kesehatan reproduksi:
a)      Hubungan, baik sosial maupun seksual
b)      Negosiasi dalam suatu hubungan, termasuk ”hak untuk mengatakan tidak” seks dan prilaku seks
c)      Bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri, dan ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan orang lain
d)     Kesuburan dan kontrasepsi
e)      Kehamilan, termasuk segala akibat dan pilihannya
f)       IMS
g)      Praktik seks yang lebih aman
h)      Keterampilan menjadi orang tua

b.         Sikap
Menurut Notoatmodjo, 2005 sikap adalah suatu respon tertutup seseorang terhadap stimuli atau objek tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat, emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dsb).
Sikap adalah suatu kondisi dalam diri seseorang yang mempengaruhi perilakunya terhadap obyek. Sikap juga merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek.
Menurut Saipudin (1988), beberapa karakteristik sikap yaitu:
1)      Arah artinya apakah seseorang menyetujui atau tidak, apakah mendukung atau tidak, apakah memihak atau tidak memihak.
2)      Intensitas artinya dua orang yang sama-sama mempunyai sikap positif terdapat sesuatu, mungkin tidak sama intensitasnya dalam arti yang satu positif akan tetapi yang lain bersikap lebih positif lagi dari pada yang pertama. Demikian juga sikap negative mempunyai derajat kekuatan yang bertingkat-tingkat. Tidak semua orang sama tidak sukanya pada seuatu begitu pula tidak semua orang sama sukanya pada sesuatu
3)      Keluasan artinya menunjukkan kepada luas tidaknya cakupan aspek objek yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang, seseorang akan mempunyai sikap favorable terhadap objek sikap secara menyeluruh yaitu terhadap semua aspek yang ada pada objek sikap.
4)      Konsistensi artinya kesesuaian antara pertanyaan sikap yang dikemukakan oleh subjek dengan responnya terhadap objek sikap.

Sebagian besar kaum muda akan aktif secara seksual pada masa-masa remaja mereka. Selama empat dekade terakhir, usia median saat melakukan hubungan intim pertama kali telah turun menjadi 17 tahun bagi kedua jenis kelamin. Dengan demikian, remaja memiliki kebutuhan yang lebih besar dari sebelumnya untuk akses ke bentuk-bentuk kontrasepsi yang dapat diterima dan handal, apabila mereka ingin menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. (http://revan-hecher.blogspot.com)
Remaja yang aktif secara seksual juga beresiko terjangkit IMS, terutama infeksi klamidia, dan para penyedia layanan kontrasepsi harus mempertimbangkan hal ini saat memberikan saran. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang dapat memberi proteksi maksimum terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, dan mungkin diperlukan kombinasi metode. Tidak ada metode satupun yang cocok untuk semua remaja, dan dengan demikian anjuran dan pilihan kontrasepsi seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing remaja. (http://revan-hecher.blogspot.com)
c.          Umur
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia Poerwadarminta (2006: 1338) menjelaskan pengertian umur, yaitu lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan).
Pada usia 21-35 tahun resiko gangguan kesehatan pada ibu hamil paling rendah yaitu sekitar 15%. Selain itu apabila dilihat dari perkembangan kematangan, wanita pada kelompok umur ini telah memiliki kematangan reproduksi, emosional maupun aspek sosial. Meskipun pada saat ini beberapa wanita di usia 21 tahun menunda pernikahan karena belum meletakan prioritas utama pada kehidupan baru tersebut. Pada umumnya usia ini merupakan usia yang ideal untuk anda hamil dan melahirkan untuk menekan resiko gangguan kesehatan baik pada ibu dan juga janin. Selain itu sebuah ahli mengatakan wanita pada usia 24 tahun mengalami puncak kesuburan dan pada usia selanjutnya mengalami penurunan kesuburan akan tetapi masih bisa hamil. (http://bidanku.com)
Menurut Affandi B tahun 1991 dalam Soejati (2001), menyatakan bahwa sekarang telah terjadi percepatan masa pubertas bagi perempuan. Sekitar seratus tahun lalu seorang perempuan mendapatkan usia mentruasi pada usia 17 tahun, sedangkan sekarang pada usia 12 tahun atau kurang. Hal ini disebabkan :
1)      Keadaan gizi remaja relatif baik dibandingkan seratus tahun yang lalu
2)      Rangsangan audio-visual (radio, tv, film, majalah, dsb) yang akan mempercepat kematangan biologis. Perasaan alamiah ini jika tidak dikendalikan dengan baik dapat menjadikan masalah bagi remaja.

Berdasarkan analisis WHO (2004), pada literatur kesehatan reproduksi dan seksual dari seluruh dunia, dilaporkan bahwa pubertas dini berhubungan secara sifnifikan dengan perilaku seksual dan merupakan faktor resiko untuk berhubungan seksual pertama kali.
Setiap pasangan berhak memilih alat kontrasepsi sesuai kebutuhan masing-masing, karena semua alat kontrasepsi memiliki fungsi yang sama yaitu untuk mencegah dan menunda kehamilan. Namun dari sekian banyak pilihan kontrasepsi yang dianggap terbaik disetiap rentang usia. (http://health.detik.com)
Usia wanita mengalami kehamilan dan kelahiran terbaik, yaitu yang beresiko paling rendah untuk ibu dan anak adalah 20-35 tahun. Untuk itu, bagi wanita yang menikah sebelum usia 20 tahun, sebaiknya menunda kehamilan hingga usianya mencukupi dan benar-benar siap secara psikologi menjadi seorang ibu. (http://health.detik.com)

d.         Jenis Kelamin
Dalam   perilaku   seksual,   terdapat   perbedaan   antara   jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor biologis dan sosial. Secara biologis laki-laki lebih mudah terangsang dan mengalami ereksi dan orgasme dibandingkan dengan perempuan. Secara sosial laki-laki cenderung lebih bebas dibandingkan perempuan dan orang tua cendrung lebih protektif pada remaja perempuan (Saifudin, 1999).
Dalam hubungan dengan lawan jenis, laki-laki cenderung lebih agresif sedangkan perempuan cendrung lebih pasif (Gunarsa, 1991).
Ketertarikan remaja laki-laki terhadap lawan jenis lebih kepada keinginan untuk memuaskan hasrat seksualnya, sedangkan perempuan lebih pada penggalian aspek personality. Perbedaan ini dapat di ungkapkan remaja laki-laki cinta untuk seksual” sedangkanremaja perempuan seksual untuk cinta karena remaja  putri membutuhkan suatu ikatan yang kuat dan lama dalam berhubungan dengan lawan jenis (Kemenkes, 1993).

e.          Pendidikan orang tua
Berdasarkan Notoatmodjo (2005), Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh dalam pengembangan individu anak untuk menentukan masa depannya. Menurut Undang-undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional, orang tua berhak berperann serta dala memilih satuan pendidikan anaknya. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan menentukan individu ingin mencari tahu dan ingin mencari pemahaman untuk mendapatkan sesuatu yang belum diketahui.
Tingkat pendidikan seseorang dapat memberikan kesempatan pada orang tersebut untuk mendapatkan ilmu baru yang sebelumnya belum pernah mereka kenal. Dalam proses pendidikan tersebut akan terjadi knowlwdge, skill, dan attitud (Kaplan dan Sudock, 1997).
Menurut Ibrahim, 1992 Perilaku dan pola pikir seseorang di pengaruhi oleh pendidikan yang dimiliki, termasuk mengambil keputusan bila mengalami masalah.
Orang tua sangat dibutuhkan anak-anaknya untuk menjawab berbagai permasalahan dan memilih lebih ingin mempercayakan dirinya kepada kepada orang tua melebihi siapapun. Sejak dini anak berada dalam asuhan orang tua, terutama ibu, yang memberikan kehangatan dan rasa nyaman. Peran ayah atau ibu sering dikaitkan dengan apakah ibu juga bekerja atau hanya ayah yang bekerja. Anak laki-laki sebagian besar lebih dekat dan lebih percaya kepada ayah, sementara anak perempuan lebih memilih ibu untuk saling bertukar pikiran dan menyampaikan masalah-masalah yang dihadapi (indrasari, 2004).
Pendidikan orang tua yang semakin tinggi menuntut dirinya untuk mencapai pekerjaan yang lebih tinggi, sehingga lebih banyak bekerja diluar rumah dan dengan demikian lebih jarang bertemu dengan anak-anaknya untuk saling berkomunikasi. Menghadapi anak remaja bukan hanya menjawab apa yang ditanyakan tetapi juga memberikan perhatian dan harus bisa mengenali anak remaja tersebut serta dapat menjadi teman sebayanya (Indrasari, 2004).
Menurut Notoatmodjo (1993) yang menyatakan bahwa ”makin tinggi tingkat pendidikan orang tua akan semakin dewasacara berfikir dan bertindak, hal ini sangat berpengaruh terhadap pendidikan pada anaknya”.

f.          Pekerjaan orang tua
Menurut Notoatmodjo (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kebutuhan keluarganya. Pekerjaan adalah pencaharian yang dijadikan pokok penghidupan atau sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:857) pekerjaan adalah suatu efektivitas yang dilakukan, diperbuat, di pekerjakan oleh seseorang. Berdasarkan BKKBN tahun 1999 terdapat dua jenis pekerjaan, yaitu :
1)      Pekerjaan non formal: pekerjaan/bekerja yang tidak terikat dengan aturan resmi, seperti tidak punya pekerjaan tetap, petani, buruh dan dagang
2)      Pekerjaan formal yaitu bekrtja yang terikat dengan aturan resmi seperti karyawan swasta, PNS dan TNI/POLRI.



g.         Ketersediaan alat kontrasepsi
Remaja berhak terlibat dalm program keluarga berencana dan mendapat pelayanan kontrasepsi.
Kontrasepsi adalah metode untuk mencegah terjadinya kehamilan. Ada berbagai jenis kontrasepsi, yaitu pantang berkala, obat spermatisid/pil vagina, kondom, alat kontrasepsi dalam rahim, kontrasepsi hormonal, sterilisasi.
Konsep penggunaan kondom telah lama dikenal. Sejak 100 tahun sebelum masehi, orang mesir telah mengguanakan kain linen untuk mencegah PMS. Di Eropa, penggunaan kain linen dikenakan pertama kali oleh Gabrielle Fallopius saat terjadi epidemi sifilis pada abab ke 16.
Dalam perkembangan selanjutnya diketahui bahwa penggunaan kain linen juga dapat mencegah kehamilan. Hal ini menjadi cikal bakal diciptakannya kondom.
Istilah kondom mulai dikenal sejak tahun 1700 an pada masa pemerintahan Charles II. Untuk membatasi keturunannya, raja Charles menggunaka alat yang terbuat dari usus hewan. Oleh karena ditemukan oleh dokter Condom, alat tersebut dikenal sebagai kondom.
Penggunaan kondom semakin meluas sejak tahun 1840 dengan digunakannya karet sebagai bahan dasar. Kemudian diketahui kondom jenis ini cepat kadaluarsa dan kualitasnya meragukan. Oleh karena itu pada tahun 1957, dibuat kondom dengan bahan dasar karet lateks yang ditambahkan dengan pelicin.
Pada tahun 1960, dengan dikenalkannya pil kontrasepsi,spiral dan sterilisasi, angka penggunaan kondom mulai menurun. Penggunaan kondom meningkat kembali pada tahun 1980 dengan munculnya epidemi HIV/AIDS. Pada dasarnya kondom digunakan untuk mencegah kehamilan, mencegah penyakit menular seksual.
Menurut Depkes RI, 2008, dari aspek perilaku, laki-laki dapat memberikan kontribusi positif, misalnya dalam hal ikut ber-KB hanya sekitar 1% (kondom dan vasektomi), mencoba-coba melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan/atau sering berganti-ganti pasangan seksual. Kurangnya peran dan tanggung jawab laki-laki ini, disatu pihak, berhubungan erat dengan isu ketidaksetaraan gender dan adanya budaya patriarki dalam masyarakat, yang mendapatkan laki-laki pada posisi yang lebih tinggi dari pada perempuan.
Dilain pihak, seringkali laki-laki juga tidak mendapat pelayanan dan informasi yang memadai tentang kesehatan reproduksi. Akibatnya banyak laki-laki yang bersikap dan berperilaku kurang bertanggung jawab dalam kesehatan reproduksi, sehingga membahayakan perempuan pasangannya. Pendekatan yang baik adalah membekali lai-laki dengan informasi yang benar dan mengikutsertakan mereka secara aktif dalam setiap upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
Banyak remaja yang telah aktif secara seksual, tetapi mereka tidak memiliki informasi yang baik mengenai kontrasepsi, kehamilan, dan penyakit menular seksual, termasuk risiko terinfeksi HIV (human immunodeficiency virus). Perilaku impulsif, tanpa perencanaan, dan adanya penggunaan obat-obat terlarang atau alkohol membuat remaja cenderung tidak menggunakan alat kontrasepsi atau pencegah kehamilan. (http://m.medicastore.com)
Setiap metode kontrasepsi yang biasa digunakan oleh orang dewasa bisa digunakan oleh remaja, tetapi masalah yang paling sering terjadi adalah kepatuhan untuk menggunakannya. Misalnya, banyak remaja wanita lupa untuk meminum pil KB harian secara teratur atau berhenti meminumnya, seringkali tanpa menggantinya ke metode kontrasepsi yang lain. Meskipun kondom pria paling sering digunakan sebagai alat kontrasepsi, tetapi masih ada persepsi yang bisa membuat ketidakpatuhan untuk memakainya, misalnya persepsi bahwa pemakaian kondom menurunkan kepuasan seksual. Beberapa anak perempuan juga merasa malu untuk meminta pasangannya menggunakan kondom saat berhubungan seksual. (http://m.medicastore.com)

h.         Tempat tinggal
Pergesaran nilai-nilai moral dan etika dimasyarakat dapat membuka peluang yang mendukung hubungan seksual pranikah pada remaja. Misalnya, dewasa ini pasangan remaja yang menginap di hotel atau motel adalah hal biasa. Sehingga tidak ditanyakan atau dipersyaratkan untuk menunjukkan akte nikah. (http://dr-suparyanto.blogspot.com)
Pemberian fasilitas (kendaraan pribadi termaksuk uang) pada remaja secara berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel atau motel atau ke night club sampai larut malam. Situasi ini sangat mendukung terjadinya hubungan seksual pranikah. (http://dr-suparyanto.blogspot.com)

i.           Kendaraan
Pemberian fasilitas (kendaraan pribadi termaksuk uang) pada remaja secara berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel atau motel atau ke night club sampai larut malam. Situasi ini sangat mendukung terjadinya hubungan seksual pranikah. (http://dr-suparyanto.blogspot.com)

j.           Uang saku
Pemberian fasilitas (kendaraan pribadi termaksuk uang) pada remaja secara berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel atau motel atau ke night club sampai larut malam. Situasi ini sangat mendukung terjadinya hubungan seksual pranikah. (http://dr-suparyanto.blogspot.com)

k.         Status Pacaran
Arifin (2002), mengatakan adanya dampak positif maupun negatif dari pacaran bagi remaja,seperti:
1)        Prestasi dikelas bisa meningkat atau menurun. Di dalam hubungan pacaran pasti ada suatu permasalahan yangdapat membuat pasangan tersebut bertengkar. Dampak dari pertengkaran itu dapat mempengaruhi prestasi mereka di kelas. Tetapi tidak menutup kemungkinan dapat mendorong mereka untuk lebih meningkatkan prestasi belajar mereka.
2)        Pergaulan sosial pergaulan bisa tambah meluas atau menyempit. Pergaulan tambah meluas, jika pola interaksi dalam peran hanya berkegiatan berdua, tetapi banyak melibatkan interaksi dengan orang lainnya (saudara, teman, keluarga, dan lain-lain). Pergaulan tambah menyempit, jika sang pacar membatasi pergaulan dengan yang lain.
3)        Mengisi waktu luang bisa tambah bervariatis atau justra malah terbatas. Umumnya, aktivitas pacaran tidak produktif (ngobrol, nonton, makan, dan sebagainya), namun dapat menjadi produktif, jika kegiatan pacarandiisi dengan hal-hal seperti olah raga bersama, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
4)        Keterkaitan pacaran dengan seks pacaran mendorong remaja untuk merasa aman dan nyaman. Salah satunya adalah dengankedekatan atau keintiman fisik. Mungkin awalnya memang sebagai tanda atau ungkapan kasih sayang, tapi pada umunya akan sulit membedakan rasa sayang dan nafsu. Karena itu perlu upaya kuat untuk saling membatasi diri agar tidak melakukan kemesraan yang berlebihan.
5)        Penuh masalah sehingga berakibat stress hubungan dengan pacar tentu saja tidak semulus diduga, jadi pasti banyak terjadi masalah dalamhubungan ini. Jika remaja belum siap punya tujuan dan komitman yang jelas dalam memulai pacaran, maka akan memudahkan ia stres dan frustasi jika tidak mampu mengatasi masalahnya.
6)        Kebebasan pribadi berkurang interaksi yang terjadi dalam pacaran menyebabkan ruang dan waktu untuk pribadi menjadi lebihterbatas, karena lebih banyak menghabiskan waktu untuk berduaan dengan pacar.
7)        Perasaan Aman, Tenang, Nyaman, dan Terlindung
Hubungan emosional (saling mengasihi, menyayangi, dan menghormati) yang terbentuk ke dalam pacaran dapat menimbulkan perasaan aman, nyaman, dan terlindungi. Perasaan seperti ini dalam kadar tertentu dapat membuat seseorang menjadi bahagia, menikmati hidup, dan menjadi situasi yang kondusif baginya melakukannya. (http://www.academia.com)

l.           Keterpaparan informasi
Sumber informasi adalah kabar atau berita tentang sesuatu (Kamus Bahasa Indonesia Desi Anwar, 2002).
Menurut Sarwono (2004), bahwa seks pra nikah pada remaja dapat terjadi karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya teknologi canggih (video, casette, foto copy, satelit, VCD, telepon genggam, internet) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa. Orang tua sendiri baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak.
Sumber informasi sangat berpengaruh pada penumbuhan sikap. Disamping informasi pada buku teks dapat juga dari fakta empirik, guru atau pendidik juga merupakan sumber belajar. (Http//www.ekofeum or.id)
Remaja sering memperoleh informasi tentang banyak hal dari media massa baik cetak maupun elektronik maka cenderung memberi perhatian terhadap hal hal yang dinilainya dapat meningkatkan harga diri atau   jati diri tanpa adanya penyaringan kemudian mengadopsinya tanpa menilai sesuai dengan nilai,norma agama ataupun budaya yang berlaku di lingkungannya. Informasi yang diterima tentang seks belum tentu benar tersebut mereka peroleh baik dari majalah, film porno, kaset VCD porno yang dicari secara sembunyi-sembunyi (Willis, 2008)
Di Indonesia pornografi telah menjadi hal yang sangat umum karena sangat mudah diakses oleh setiap kalangan usia. Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia menyatakan bahwa Indonesia selain menjadi Negara tanpa aturan yang jelas tentang pornografi, juga mencatat rekor sebagai Negara kedua setelah Rusia yang paling rentan penetrasi pornografi terhadap anak-anak dan saat ini remaja merupakan populasi terbesar yang menjadi sasaran pornografi. Menurut Attorney General’s Final report on Pornography SA, konsumen utama pornografi baik dari majalah, internet, serta tabloid adalah remaja laki-laki berusia 12 sampai 17 tahun.  Dampaknya adalah makin aktifnya perilaku seksual pranikah yang disertai ketidaktahuan yang pada akhirnya bisa membahayakan kesehatan reproduksi remaja (BKKBN, 2004)
Berdasarkan Notoatmodjo (2005), Pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer, databases . Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.
Sumber informasi menurut Poerwadarminta (KBBI, 2006) adalah kabar, keterangan atau pemberitahuan dari yang boleh dipercaya.
Sumber Informasi menurut Notoadmodjo (2003) adalah sarana penunjang yang diperoleh dari seseorang untuk menambah pengetahuan yang telah dimilikinya.
Sumber informasi dapat diperoleh dari kepustakaan atau dokumen-dokumen,namun juga bias didapatkan dari sumber informasi lapangan seperti pengalaman-pengalaman pribadi maupun pengalaman yang pernah dirasakan oleh orang lain.
Sumber informasi menurut pelayanan kesehatan masyarakat, merupakan salah satu alat untuk mendapatkan informasi atau berita. Sumber informasi yang didapat melalui berbagai cara, yaitu:
1)      Media cetak adalah suatu media yang bersifat statis atau tidak bergerak dan mengutamakan pesan-pesan visual dan pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar dan foto. Contoh: majalah, koran, poster, spanduk dan tabloid
2)      Media elektronik adalah suatu media yang bersifat dinamis, bergerak yang dapat dilihat dan didengar dalam penyampaian pesannya melalui alat bantu elektronik. Contoh: TV, radio, internet dan iklan
3)      Promosi kesehatan adalah sarana atau upaya untuk menampilkan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator. Baik melalui berbagai cara sehingga diharapkan dapat merubah perilaku kearah yang positif terhadap kesehatan. Contoh: melalui penyuluhan, leaflet, booklet, poster bergambar melalui petugas kesehatan, kader kesehatan, tokoh masyarakat serta melalui tokoh agama.

m.       Penyuluhan dari tenaga kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003), tentang penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses penyuluhan kesehatan, untuk mencapai tujuan penyuluhan yaitu perubahan perilaku kesehatan dipengaruhi oleh berbagai factor. Disamping dipengaruhi oleh input (keadaan subjek) sendiri juga dipengaruhi factor metode, factor materi yang disampaikan, pemateri serta alat-alat yang digunakan selama penyuluhan. Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka factor-faktor tersebut harus bekerja sama sevara harmonis. Untuk itu pemilihan materi, alat bantu serta metode penyuluhan kesehatan harus disesuaikan dengan sasaran dan tujuan yang diharapkan.
Peran tenaga kesehatan dalam program kesehatan ibu dan anak adalah dengan mempelajari keadaan lingkungan ibu hamil yang dapat menimbulkan depresi dan perlu penanggulan. Untuk itu tenaga kesehatan harus melakukan pengkajian termasuk keadaan lingkungan (latar belakang) sehingga mempermudah dalam melakukan penyuluhan.

n.         Penyuluhan dari BKBPP
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membuat suatu program bernama Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja atau biasa disebut dengan PIK-KRR.
PIK-KRR adalah suatu wadah kegiatan program yang dibuat oleh BKKBN yang dikelola dari, oleh, dan untuk remaja yang berguna untuk memberikan pelayanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta persiapan keluarga berencana.

Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju masa remaja. Kehidupan remaja merupakan masa yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan para remaja itu sendiri. Isu-isu TRIAD PIK-KRR yakni Seksualitas, HIV/AIDS, dan Napza merupakan isu yang sangat aktual dan perlu diperhatikan oleh semua pihak. Apabila kasus remaja ini dibiarkan, sudah pasti akan merusak masa depan bangsa Indonesia. 
Landasan Hukum PIK–KRR adalah Peraturan Presiden no. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM 2004-2005). “…Program Kesehatan Reproduksi Remaja : Tujuan program ini untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang.





A.      Kerangka Teori
Menurut Green (1980), factor-factor yang menentukan prilaku sehingga menimbulkan prilaku yang positif adalah sebagai berikut.
1.      Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Factor predisposisi merupakan factor anteseden terhadap prilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi prilaku.
Yang termasuk dalam factor ini adalah (pengetahuan, umur, jenis kelamin, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua) dengan sikap mahasiswa tentang penggunaan alat kontrasepsi
2.      Factor pemungkin atau pendukung (Enabling Factors)
Factor pemungkin adalah factor antaseden terhadap prilaku yang memungkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk dalam factor ini adalah keterampilan, fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya prilaku seseorang atau masyarakat.
Yang temasuk dalam factor ini adalah (ketersediaan alat kontrasepsi, tempat tinggal, kendaraan, uang saku, status pacaran) dengan sikap mahasiswa tentang penggunaan alat kontrasepsi.
3.      Factor penguat (Reinforcing factors)
Factor penguat merupakan factor penyerta prilaku atau yang datang sesudah prilaku itu ada. Hal-hal yang termasuk dalam factor ini adalah keluarga, teman, petugas kesehatan dan sebagainya.
Yang termasuk dalam factor ini adalah (keterpaparan informasi, penyuluhan dari tenaga kesehatan, penyuluhan dari BKBPP) dengan sikap mahasiswa tentang penggunaan alat kontrasepsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar